Jawaban :
Mohon dipisahkan dua masalah yang berbeda: pertama, suami dibohongi karena istri tanpa sepengetahuannya, memakai kartu kredit sampai sekian juta, dan balik curiga adanya WIL.
1). Benar atau tidak pembohongan itu ? Sedang salah satu pilar utama dalam hidup berkeluarga ialah kejujuran dan keterbukaan. Kalau suami sampai meninggalkan atau pisah tentu luka hati/batin cukup dalam. Dari pihak istri perlu introspeksi, mengapa sampai bohong dan menggunakan uang sampai sekian, apakah ada hasil penggunaan itu untuk keperluan hidup keluarga atau untuk foya-foya ; apa ada bukti bon-bon atau barang-barang yang dibeli. Berapa kemampuan suami (gaji bulanan) untuk pengeluaran bulanan itu; apakah istri bisa membereskan hutang kartu kredit itu sendiri ? Tentu ini bukan masalah yang pertama, tentu ada tumpukan masalah-masalah lain, sampai tega meninggalkannya.
2). Apakah tiap tahun hari perkawinan diperingati dan dirayakan , untuk memperbaharui janji perkawinan anda ? Apakah tidak pernah sharing atau berbagi masalah dan keruwetan yang masing-masing hadapi. Saya takut jangan-jangan meski sudah empat tahun nikah tidak ada komunikasi dari hati-ke hati, membicarakan masalah kebutuhan keluarga: pemasukan dan pengeluaran tiap bulannya, masalah anak dan masa depannya. Dan nampaknya anak bukan lagi buah hati berdua !
Tentang dugaan adanya WIL.
Bisa bertanya pada diri sendiri, mengapa suami sampai nyeleweng atau selingkuh. Biasanya hal ini tidak begitu saja terjadi, perlahan dan setahap dan akhirnya memuncak. Atau anda mau mengalihkan permasalahan kebohongan ke masalah kesalahan suami ?
1). Bukan bukti-bukti selingkuh yang dibutuhkan, tetapi mencari tahu mengapa itu sampai terjadi. Bersediakah saling memaafkan dan menerima kembali, memulai kembali.
2). Suami istri yang sah menikah di gereja, bisa saja pisah secara hukum gereja, kalau memang ternyata bukan surga yang mereka ciptakan melainkan neraka! Kekerasan rumah tangga umumnya suami terhadap istri yang terus menerus terjadi, tiada jalan lain kecuali berpisah.
3). Baik istri maupun suami yang sah berkeluarga dan mempunyai anak, jelas secara hukum dan moral tidak lagi bebas untuk berhubungan dengan lain jenis; yang terjadi ialah membiarkan diri masuk ke dalam pencobaan dan jatuh beneran, nekad! Memang keduanya dan kita umumnya membutuhkan kendali atau kontrol kuat dari hidup rohani kita! Kalau masa bodoh akan hidup rohani, hal biasa lalu menjadi rapuh mudah mengikuti naluri atau kepuasan ego sendiri!
4). Di tiap paroki, biasanya ada kesempatan untuk Konseling keluarga dengan pastor paroki, ada juga Komisi Keluarga, silakan manfaatkan mereka-mereka ini!!!!
Subroto Widjojo, SJ
Tanya Jawab untuk Artikel : Artikel Iman
KIRIMKAN PERTANYAAN ANDA !
Apakah Anda memiliki pertanyaan ? Silakan isi formulir di bawah ini untuk menanyakan mengenai iman.
Setiap pertanyaan akan dijawab oleh pihak yang berkompeten. Terima kasih !