Monday, March 04, 2013    
Logo BPN      
  Pembaruan Karismatik Katolik  
       
buku pengajaran ISAO LOGO Info Iman Katolik BPN PKK pusat informasi artikel iman sharing dan kesaksian tanya jawab berita dan kegiatan hubungi kami

    | PENGALAMAN IMAN | INFO KEGIATAN | SEJARAH KARISMATIK | TOKOH PKK | ORGANISASI PKK |

Cari:



Alkitab Online


Untuk hari ini belum ada !

 

BUKU-BUKU PENGAJARAN


Items
DIPACU OLEH ROH KUDUS

Pembaruan Karismatik Katolik telah menjadi karunia istimewa dari Roh Kudus kepada Gereja untuk membaruinya. Buku ini adalah panduan yang sangat berguna bagi setiap orang untuk memahami sifat asli dari Pembaruan Karismatik Katolik. Pada hari ini, tanggal 16 Oktober, hari peringatan Baptisan saya, dengan sangat bersukacita  saya merekomendasikan buku ini kepada para gembala umat dan para pemimpin Pembaruan agar supaya dapat membantu mereka di dalam membimbing gerakan itu pada arah yang benar di dalam keuskupan dan daerah mereka. ... [more info]



Items
PEDOMAN DASAR

Telah tersusun PEDOMAN DASAR dengan kepanitiaan yang diketuai oleh Romo Antonius Gunardi, MSF. Pedoman dasar ini telah diterima dan disahkan oleh KWI dalam Sidang tahunannya, November 2005.... [more info]



Items
VISI DAN MISI PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK di IN

Mengingat perkembangan Karismatik di Indonesia yang cukup pesat, tetapi tanggapan umat maupun pimpinan Gereja yang sering masih simpang-siur, maka dirasa semakin dibutuhkan bimbingan dan pengarahan dari pimpinan Gereja yang resmi, yang lebih jelas dan sesuai dengan iman Gereja. ... [more info]



Pusat Informasi : PENGALAMAN IMAN
CATATAN DARI SEORANG NON-KARISMATIS



­

Catatan dari seorang yang non-karismatik tentang

Konvensi Pemimpin

Pembaruan Karismatik Katolik I

 

SEWAKTU untuk pertama kalinya saya masuki aula di komplkes RS Carolus di Jakarta, tempat diadakannya Konvensi Pembaruan Karismatik Katolik I, saya langsung terkesan oleh suasana sukacita yang saya jumpai di sana. Aula sudah hampir penuh. Semua yang hadir, melagukan nyanyian-nyanyian merdu sambil bertepuk tangan. Para peserta konvensi tampak bagi saya ibarat satu keluarga besar yang sedang diliputi kebahagiaan.

Saya ingin tahu – pikir saya dalam hati – berapa lama mereka akan dapat bernyanyi semeriah ini! Tunggu saja hari terakhir Konvensi, mereka akan “knock out” bagaikan petinju yang tidak menghemat tenaganya pada ronde pertama!

Tetapi dugaan saya ternyata meleset. Kian lama – sungguh ajaib – kian merdulah lagu dan kian gembiralah hati para karismatik di dalam Konvensi! Bahkan kian hari, kian menularlah sukacita karismatik itu sampai mulai merasuki hati saya yang dingin. Malam hari ketiga Konvensi saya begitu senang dengan lagu yang dinyanyikan para peserta, sehingga saya ikut bertepuk tangan. Sebab yang dinyanyikan itu, memang mencerminkan apa yang yang saya pikirkan selama ini? “Dalam Tuhan, kita bersaudara”. Tepuk tangan itu tidak luput dari perhatian seorang pemuda di samping saya. “Pak Stefan – katanya – tadi bertepuk tangan untuk pertama kalinya!” Untuk selanjutnya, saya jadi dingin kembali.

 

Rufus dan Fio

Bagi orang Barat, Indonesia penuh dengan hal-hal eksotis. Dalam Konvensi Karismatik I juga ada eksotisnya, tetapi kali ini bagi kita sendiri, orang Indonesia. Sebab yang menjadi guru utama para peserta Konvensi ialah dua pastor dari India.

Lain Rufus, lain Fio. Rufus berperawakan agak pendek. Selalu berjubah dan serius. Bila ia melucu pun, ia jarang tersenyum. Bagi saya, father Rufus seorang karismatik dari ujung rambut sampai ke bawah. Tetapi lebih-lebih seorang pencinta Kitab Suci dan pengikut Kristus yang tulen. Ajaran yang disampaikan olehnya, benar-benar menyatu dengan dirinya. Memandang beliau, saya membayangkan rasul Paulus.

Fio berperawakan tinggi tegap, berjanggut dan berkaca mata. Ia berpakaian bagaikan mahaguru India yang non-Katolik. Ia suka melucu, terutama tentang si Rufus. Ia suka tersenyum lebar dan tertawa. Tetapi bila mengajar, ia sungguh berwibawa. Kata-katanya meyakinkan, lagi amat jelas.

Selama Konvensi, saya suka berpikir: yang manakah dari kedua pastor India lebihh hebat? Lalu saya berkesimpulan: mereka sama hebatnya dan yang paling hebat dalam diri mereka berdua ialah kenyataan mereka satu pasangan yang kompak, pasangan yang nampaknya sudah menyatu. Adakalanya Fio turun dari mimbar untuk memberi kesempatan kepada Rufus juga. Sungguh mengesankan! Mereka berdua mengenal karismatik luar-dalam. Tinggal menekan tombol saja, maka keluarlah pengajaran tentang apa saja yang dikehendaki para peserta Konvensi. Namun sayangnya, Konvensi berlangsung tiga hari saja, sehingga tidak banyak tombol yang sempat ditekan itu…..

 

Pastor dan Suster

Selain Rufus dan Fio, ada pula pastor L. Sugiri dan Sr. Patricia, biarawan dan biarawati yang bersama-sama terlibat dalam Pembaruan karismatik katolik Indonesia sejak semula. Tidak usah diragu-ragukan, kedua orang ini menjadi superstars Konvensi ini dalam arti tertentu.

Pastor Sugiri sibuk sekali, sebab beliaulah moderator karismatik dan sedikit banyak otak Konvensi bersama sekelompok pembantunya. Namun bahwa beliau benar-benar karismatik, nampak dalam seluruh pribadinya. Ia murah senyum, mudah didekati siapa saja. Ia pun berbicara dalam Konvensi. Tentang apa? Tentang arah perkembangan karismatik di masa depan. Ada tiga hal yang dianggapnya paling penting: doa, hubungan pribadi dengan Yesus dan persekutuan nyata. Justru pokok ketiga ini menjadi buah pikiran pastor Sugiri. Boleh dikatakan: “He has a dream”! Ia merindukan, agar para karismatik menjadi ragi, garam dan terang di mana saja, terutama dalam lingkungan hidupnya.

Suster Patricia dikenal di Jakarta sebagai ahli hidup rohani. Uraiannya tentang doa yang dibawakannya dalam Konvensi, lebih-lebih sebuah kesaksian daripada uraian. Semua orang yang mendengarkan kesaksiannya, merasakan kuasa bicaranya yang – seperti diakuainya sendiri – berlandaskan kemiskinan hatinya dalam arti injili. Seusai uraian tentang doa, diadakan sharing . Suster Patricia kebetulan ikut dalam kelompok saya. Saya tidak tahu apa yang terjadi dalam kelompok-kelompok lain. Tetapi saya melihat, bahwa kelompok-kelompok itu seolah-olah tidak mau bubar, demikian asyiknya mereka berdoa dan berdoa dan berdoa. Sharing, seperti biasa, bisa diisi dengan apa saja. Tetapi sharing yang nampaknya sejati ialah sharing berupa pengakuan, sharing pertobatan. Sharing macam ini pun pun terjadi dalam kelompok saya. Saya tidak malu mengatakan bahwa saya menangis mendengar pengakuan seorang ibu. Ia tidak bercerita tentang mujizat yang dialaminya dalam hidupnya, melainkan tentang tidak beresnya hubungannya dnegan Yesus dan GerejaNya. Pertobatan yang dialaminya menjadi pertobatan seluruh kelompok saya. Maka bersama para karismatik, saya berseru: Pujilah Tuhan! Ia maha penyayang!

 

Tiga uskup

Konvensi I ini dihadiri oleh tiga orang uskup. Menurut saya, ini suatu sukses yang luar biasa. Maksud saya; sukses para karismatik maupun sukses Pembaruan Karismatik. Dua orang uskup mengikut seluruh acara dengan setia. Ketiga-tiganya berkhotbah, dan saya yakin, khotbah-khotbah mereka akan dikenang lama.

Mgr. J. Soudant dari Palembang menegaskan pentingnya pelayanan yang seharusnya diusahakan setiap karismatik.

Mgr. V. Djebarus dari Denpasar mengucapkan khotbah penutup tentang makna motto Konvensi “Jadilah SaksiKu!”. “Kita harus menjadi bukan saksi manis saja, melainkan saksi pahit juga” – kata beliau. Saksi pahit ialah saksi yang selalu ingat bahwa ia selamat bukan karena Yesus hebat, melainkan karena Yesus mau bersengsara dan mati untuk dia.

 

Sebagai utusan LBI

Tulisan ini tidak saya maksudkan sebagai laporan,melainkan lebih-lebih sebagai kesempatan untuk mengemukakan sejumlah kesan dan pemikiran sehubungan dengan Konvensi Pembaruan Karismatik Katolik I.

Sebagai orang yang tidak terdaftar (para karismatik berkata: “Tidak ada yang didaftar!”) pada Persekutuan Doa. Karismatik mana pun juga, saya merasa cukup asing di tengah-tengah mereka yang, tidak seperti saya, suka bersenandung dalam Roh, yang suka mengangkat tangan waktu berdoa dan bernyanyi, yang suka bertepuk tangan dan bersalam-salaman dengan hangat sebelum menyambut komuni kudus. Apalagi di tengah-tengah mereka yang suka berbicara tentang karisma berbahasa lidah, tentang baptis dalam roh dan tentang banyak hal yang tidak pernah dikhotbahkan oleh pastor di gereja. Saya merasa cukup asing, sewaktu saya mengikuti Misa karismatik selama Konvensi, yang memang agak lain daripada Misa di paroki biasa. Tetapi saya tidak pernah merasa terganggu dengan semuanya itu. Malah saya merasa terdorong untuk menjadi seperti mereka itu.

Lalu saya merenung: Ada apa dalam karismatik sehingga pengaruhnya bisa demikian kuat pada jiwa dan hati saya? Jawab yang saya berikan kepada diri saya sendiri ialah: Karismatik sebenarnya iman Kristen yang tulen. Tidak ada yang bertentangan dengan iman itu. Justru sebaliknya: Karismatik berkekuatan hebat untuk menjadikan iman kristen itu semakin kuat dan dewasa.

Bagaimana dengan ekses-eksesnya? Ya, ada banyak sekali. Ekses-ekses itu malah tidak selalu langsung diketahui bahayanya. Tetapi mengapa terjadi ekses-ekses itu? Sebab umat sering buta huruf dalam apa saja yang menyangkut spiritualitas dan mistik Kristen yang tulen. Kalau mereka sering buta huruf dalam hal-hal yang paling dasar, maka kita tidak usah heran, bila mereka setelah menjadi karismatik, memusingkan pikiran para gembala Gereja. Namun saya yakin, anggota karismatik yang tidak mau menggali hidup pribadi Yesus yang sesungguhnya, lambat laun akan gugur berantakan. Sebab seluruh kekuatan Karismatik ada pada Yesus dan RohNya saja. Pengikut Kristus yang tidak serius, tidak mungkin menjadi karismatik yang serius. Sungguh tepat kata Mgr. Djebarus: Jadilah saksi Yesus yang pahit ! Artinya: Perkenalkan Yesus yang benar, utuh, lengkap, bukan Yesus yang anda sukai, bukan Yesus bikinan anda sendiri!

Sepanjang Konvensi, father Rufus dan Fio berseru senada, entah langsung entah tidak langsung: Bacalah Kitab Suci! Bacalah Kitab Suci sambil berdoa. Tanpa itu, anda tak mungkin menjadi karismatik yang baik. Ini pun seruan Lembaga Biblika Indonesia selama ini (bacalah Spektrum, No I Th VIII, 1978, no 88 uraian pastor C. Groenen OFM pada hal. 44!). Di sini saya melihat kemungkinan luas untuk mengadakan kerja sama antara Pembaruan Karismatik Katolik dengan LBI.

 

Jakarta, 8 Juni 1981.

Stefan Leks (LBI)
Sumber : Warta Shekinah 04/Th 3/ Juli – Agustus 2007


    Informasi lain mengenai : PENGALAMAN IMAN :
  • Pengalaman yang berkesan dengan PKK-Endie Rahardja
    Saya bersyukur kepada Tuhan karena boleh mengenal Pembaharuan Karismatik Katolik dan boleh menjadi bagian dari Keluarga Pembaharuan Karismatik Katolik di Keuskupan Agung Jakarta ini. [lebih lengkap ...]

  • Yang Mengesan Bagi Saya.......
    Apa yang paling mengesan dan mengubah hidupku dalam hubungannya dengan Pembaharuan Karismatik Katolik ? Pertanyaan ini diajukan kepadaku setelah hampir 30 tahun mengalami relasi dekat dan akrab dengan pembaharuan ini. [lebih lengkap ...]

  • PENGALAMAN SELAMA DALAM PELAYANAN PEMBARUAN KARISMATIK KATOLIK
    Sulit untuk menyebutkan , mana pengalaman yang paling mengesan selama pelayanan saya dalam PKK selama 28 tahun. Banyak sekali yang mengesan dan sangat terkesan. Setelah saya refleksi, mungkin yang paling mengesan adalah, kenyataan, bahwa saya ditangkap oleh Tuhan untuk pelayanan ini. [lebih lengkap ...]

  • Refleksi Singkat tentang Pembaruan Hidup dalam Roh
    Pertama kalinya saya berkenalan dengan Pembaharuan Hidup dalam Roh atau Pembaharuan Karismatik, ialah di Paris pada tahun 1972, di mana saya ikut menghadiri suatu pertemuan PD karismatik. Cukup mengesan, namun tidak ada kelanjutannya. Kemudian saya mendalami Pembaharuan itu secara teologis lebih dahulu lewat pelbagai macam literatur. Lewat studi itu saya disadarkan, bahwa pengalaman Roh Kudus dapat dimohon kepada Tuhan dan tidak harus lewat jalur penghayatan doa dan askesis yang lama lebih dahulu [lebih lengkap ...]

  • Cinta Menjadi Dasar Panggilan Hidup
    Pada hakikatnya panggilan hidup selibat dan hidup berkeluarga adalah jalan hidup yang  dipilih dan ditempuh berdasarkan cinta kasih. Perjalanan panggilan hidup 25 tahun sebagai imam bagi Pastor Antonius Gunardi Prayitna MSF dan hidup perkawinan pasutri A. Endie Rahardja dan Maria Lucia Indra Sentosa (Inge), diperbarui kembali, Rabu 10 Januari 2007 di Aula Katedral, Jakarta. [lebih lengkap ...]

  • Renungan Pribadi oleh Charles Whitehead
    Bagi saya ada banyak saat dan peristiwa penting sepanjang 10 tahun menjabat sebagai Presiden ICCRS. Namun  saya memilih 3 peristiwa yang sangat berkesan untuk Pembaruan Karismatik Katolik sedunia. [lebih lengkap ...]

  • Pembaruan Karismatik
    Bagaimana saya bisa membuat kesimpulan tentang Pembaharuan Karismatik Katolik berdasarkan beberapa kejadian/informasi yang saya alami/terima dalam beberapa tahun saja, sementara Pembaharuan Karismatik Katolik telah dikembangkan sejak akhir1960-an dan saat ini melibatkan sekitar 120juta umat Katolik dan 148ribu Persekutuan Doa di seluruh dunia? (data diambil dari http://www.iccrs.org/CCR%20worldwide.htm) [lebih lengkap ...]

  • Pastor Corr Van Bavel MSC
    Ketika saya mulai memegang paroki S. Ignasius untuk ketiga kalinya, saya merasakan suatu kekeringan dan ketidakbahagiaan dalam hati. Sudah sejak ketika saya  menjabat sebagai Delsos saya mulai merasakan krisis rohani, yang disebabkan oleh banyaknya perhatian yang saya berikan kepada hal-hal  material dan dunawi, seperti pembiayaan proyek-proyek, mengumpulkan uang secara wajar dan terutama pemahaman akan kehidupan seksual itu yang sungguh terpendam dalam kebatinanku.  Saya merasa bahwa kehidupan bathinku semakin miskin, kering dan merana. Semuanya itu berdampka negative bagi kehidupan rohani saya. [lebih lengkap ...]

  • PROVINSI GEREJAWI JAKARTA MENGGELAR KONVENSI DAERAH VII
    ”Syukur ada Anda” ucap Uskup Metropolit Provinsi Gerejawi Jakarta kepada para peserta Konvensi Daerah VII Provinsi Gerejawi Jakarta pada waktu mendatangi Konvensi. Bp Kardinal dengan demikian mengucapkan penghargaannya pada Keluarga Karismatik di Provinsi Gerejawi Jakarta. [lebih lengkap ...]

  • Pengalaman beriman vs pengalaman mendapat mujizat
    Salah satu nasihat dari Yesus yang merupakan kritik terhadap  orang-orang Farisi adalah ”Takutilah  Dia, yang setelah membunuh mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. (Lukas 12:5).Biasanya orang takut karena manusia dan mungkin kita punya trauma terhadap orang-orang tertentu. Kita dapat lihat juga dalam masyarakat bahwa orang takut pada polisi, takut pada orang pajak karena takut diperiksa, takut pada jaksa, atau KPK sebab kadang-kadang ada pengalaman negatif yang tersimpan dalam hati dan membuat orang menjadi takut. Ketakutan yang demikian, bisa menjadi sesuatu yang nerotik juga. Dalam masyarakat, orang lebih takut terhadap manusia daripada pada Tuhan. [lebih lengkap ...]

  • mengapa muncul ide PENTAKOSTA SERENTAK.
    Sekitar tahun 1990 saat pertama kali kuliah di Yogyakarta dan mulai melayani Pembaharuan Karismatik Katolik di Badan Pelayanan Mahasiswa, Pentakosta adalah moment yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap team pelayanan waktu itu, kenapa? Karena saat malam pentakosta itu, kami mengadakan Persekutuan Doa Team dan ada pencurahan Roh Kudus, dimana masing-masing team di minta untuk meminta 1 karunia khusus pada Tuhan, dan biasanya team yang berjumlah 60 orang tersebut di bagi menjadi 9 kelompok (sesuai jumlah karunia yang ada), ada yang masuk kelompok karunia sabda pengetahuan, kelompok karunia bernubuat dsb. [lebih lengkap ...]

  • Kesaksian Natal : Aku ikut terlahir di saat Natal
    Hari Natal  merupakan  hari  yang sangat  berkesan di dalam hidup saya. Namun sebelum saya melanjutkan kisah pengalaman saya ini,  saya mau sedikit memperkenalkan diri. Saya berasal dari suatu kota kecil di daerah Indragiri Hulu-Riau. Keluarga  saya  bukanlah keluarga Katolik, namun saya mempunyai tante yang menikah dengan orang Flores dan menjadi katolik. Mereka tidak tinggal satu daerah dengan saya. Saat Natal mereka selalu datang ke kampung saya. Pada  malam Natal mereka pergi ke gereja untuk misa Natal.  [lebih lengkap ...]

     
Copyright © 2007 Pembaruan Karismatik Katolik. All rights reserved.