Monday, March 04, 2013    
Logo BPN      
  Pembaruan Karismatik Katolik  
       
buku pengajaran ISAO LOGO Info Iman Katolik BPN PKK pusat informasi artikel iman sharing dan kesaksian tanya jawab berita dan kegiatan hubungi kami

    | PENGALAMAN IMAN | INFO KEGIATAN | SEJARAH KARISMATIK | TOKOH PKK | ORGANISASI PKK |

Cari:



Alkitab Online


Untuk hari ini belum ada !

 

BUKU-BUKU PENGAJARAN


Items
DIPACU OLEH ROH KUDUS

Pembaruan Karismatik Katolik telah menjadi karunia istimewa dari Roh Kudus kepada Gereja untuk membaruinya. Buku ini adalah panduan yang sangat berguna bagi setiap orang untuk memahami sifat asli dari Pembaruan Karismatik Katolik. Pada hari ini, tanggal 16 Oktober, hari peringatan Baptisan saya, dengan sangat bersukacita  saya merekomendasikan buku ini kepada para gembala umat dan para pemimpin Pembaruan agar supaya dapat membantu mereka di dalam membimbing gerakan itu pada arah yang benar di dalam keuskupan dan daerah mereka. ... [more info]



Items
PEDOMAN DASAR

Telah tersusun PEDOMAN DASAR dengan kepanitiaan yang diketuai oleh Romo Antonius Gunardi, MSF. Pedoman dasar ini telah diterima dan disahkan oleh KWI dalam Sidang tahunannya, November 2005.... [more info]



Items
VISI DAN MISI PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK di IN

Mengingat perkembangan Karismatik di Indonesia yang cukup pesat, tetapi tanggapan umat maupun pimpinan Gereja yang sering masih simpang-siur, maka dirasa semakin dibutuhkan bimbingan dan pengarahan dari pimpinan Gereja yang resmi, yang lebih jelas dan sesuai dengan iman Gereja. ... [more info]



Pusat Informasi : PENGALAMAN IMAN
PROVINSI GEREJAWI JAKARTA MENGGELAR KONVENSI DAERAH VII



14 November 2008

PROVINSI GEREJAWI JAKARTA MENGGELAR KONVENSI DAERAH VII

Rangkuman oleh Rm. B.S.Mardiatmadja, SJ

 

”Syukur ada Anda” ucap Uskup Metropolit Provinsi Gerejawi Jakarta kepada para peserta Konvensi Daerah VII Provinsi Gerejawi Jakarta pada waktu mendatangi Konvensi. Bp Kardinal dengan demikian mengucapkan penghargaannya pada Keluarga Karismatik di Provinsi Gerejawi Jakarta.

Sejak pukul 16.30 tanggal 30 Mei 2008, di depan para peserta terpancang logo Konvenda 2008 yang ditandai ungkapan “Melayani Lebih Sungguh” sementara di layar sebagai latar belakang ditampilkan berulang-ulang gambar tiga salib di Golgotha. Walaupun tanpa corpus , yang biasa pada pertemuan katolik, tayangan salib itu dapat mengungkapkan iman, bahwa “Melayani Lebih Sungguh” itu dilakukan dengan mengikuti jejak Yesus Kristus. Sang Messias ini melayani secara bersungguh-sungguh sampai di salib karena taat habis-habisan kepada Bapa. Itulah evangelium perdana: Kabar Baik perdana bahwa terlaksanalah rencana penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus secara tuntas. Dengan demikian mulai terwujudlah Kerajaan Allah.

Arak2an bendera dan vandel-vandel ingin menjadi lambang bahwa ini konvensi, yaitu pertemuan Keluarga Karismatik seluruh Provinsi Gerejawi Jakarta. Memang Keluarga Karismatik tidak identik dengan PD, sedang yang diarak hanya lambang PD-PD, namun suburnya PD sering dipandang sebagai hidupnya PKK di Gereja Setempat. Lagu Mars Konvenda 2008 diharapkan menjadi pemersatu semangat kelompok-kelompok itu. Melodi mars mau mewakili segi gembira yang merupakan sifat khas PKK.

Lalu umat diajak “mengikuti Misa”. Lagu ”Kumasuk ruang mahakudus dengan hati tulus” ingin mengungkapkan hasrat peserta untuk secara khusuk merayakan Ekaristi dipimpin Romo Anton Gunardi bersama 5 conselebrantes. Ia mengajak para teman sepeziarahan ini berdoa dalam Pesta Hati Yesus Yang Mahakudus ini seraya memperingati 100th terbitnya pembaharuan hidup kristiani dengan orientasi pada peristiwa Pentakosta, peringatan berdirinya BPN dan BPK-BPK. Ia mengundang peserta untuk menghayati hidup dalam Roh yang lebih sungguh lagi sebagai umat katolik dengan mau belajar dari Hati Yesus Yang Mahakudus. Bacaan pertama mengenai kasih sayang Allah pada umat, bukan karena jumlahnya banyak tetapi hanya karena Tuhan sudi mengasihi. Dia setia dan mengundang kita untuk setia juga. Injil Matius mengabarkan kebaikan Bapa yang dalam Hati Yesus mengundang semua yang letih lesu agar segalanya menjadi segar. Yesus berdoa demi kita semua, yang merupakan orang pilihan, seperti Umat Perjanjian Lama. Intinya bukan untuk sekedar mencari hiburan melainkan terutama seperti dikatakan dalam 2 Yoh: menyadari bahwa Allah itu kasih .

Maka peserta diajak agar menjadikan Konvenda dari tahun ke tahun jangan hanya bersifat konsumtif, agar tak terjadi pendangkalan iman dan jangan sampai pembaharuan hanya tetap di kulit melainkan semakin lama semakin mendalam: mengamalkan kehendak Bapa. Sebab amanat pembaharuan adalah membaharui tekad ikut Yesus untuk mau memikul kuk sebagai tanda ketaatan pada Bapa. Dari sudut pandang itu duka derita dalam sejarah PKK bukanlah hambatan pembaharuan melainkan wujud partisipasi kita dalam ikut Yesus. Apalagi kalau kita melihat kiri-kanan akan tampak betapa rakyat kecil sekitar itu menderita. Kita diajak untuk tak terpukau hanya pada karunia2 yang diberikan kepada kita, janganlah perhatian kita dibelokkan oleh bungkus PKK, tetapi hendaknya belajar dari Yesus untuk memaknai salib sebagai tanda Kasih Ilahi. Konvenda perlu dilaksanakan sedemikian sehingga memungkinkan kita pulang untuk mewartakan Evangelium – menjalankan evangelisasi pada siapa pun juga dan dengan cara yang penuh kreativitas. Itulah bentuk tepat dari ”melayani lebih sungguh” karena ”mengalami Allah Sang Kasih dalam Yesus Kristus”. Lalu kita dapat meneruskan ziarah: syukur terus karena ada banyak orang muda yang hadir.

Semua itu hanya mungkin kalau kita menjadi manusia pendoa. Dalam rangka ini kita diajak saling mendoakan sebagai jalan pembaharuan bagi Gereja yang luas.

 

Kebersamaan ini digarisbawahi lagi ketika dalam Ekaristi kedua Romo Subrotowijaya mengajak peserta untuk mengenangkan perjumpaan kedua perempuan yang diberkati yaitu: Maria, yang mengandung Sang Penebus, dengan Elisabet, yang mengandung Johannes pewarta Sang Kabar Gembira. Dalam pesta ”Maria mengunjungi Elisabet ini” terjadilah suatu bentuk Evangelisasi. Kunjungan ini sampai sekarang dikenangkan orang, sebagai tindakan Maria dan Elisabet untuk berbuat sesuatu yang indah: mewartakan Kabar Baik. Tindakan itu menjadi peninggalan kedua perempuan kudus itu: berbuat baik berupa melakukan evangelisasi. Demikianlah hidup mereka mempunyai arti bagi umat.

Keluarga PKK juga mau mempunyai arti bagi umat: bersumberkan semangat Johannes XXIII membaharui Gereja dari dalam. PKK diharap untuk bersama seluruh paroki dan keuskupan menyatu dengan Gereja Setempat dan mengajak umat kembali pada iman dalam segala segi kehidupan, pribadi, kegerejaan dan kemasyarakatan. Ternyata semangat PKK mendorong banyak orang untuk dengan rendah hati dan secara empati terlibat dalam hidup kegerejaan dan kemasyarakatan atas dasar pembaharuan iman pada Yesus Kristus dan cinta pada KS serta lebih berdoa. PKK bermakna kalau menjadi karunia bagi sesama dengan hidup seorang saksi iman oleh Roh Kudus sehingga Gereja dan masyarakat semakin hidup. PKK tumbuh bukan demi dirinya sendiri melainkan untuk melayani seluruh Gereja dan masyarakat.

 

PKK diajak untuk dapat semakin sungguh melayani Gereja dalam kesatuan dengan seluruh Gereja Universal dan Gereja Setempat berikut para pemimpinnya. Pelayanan kita mengarah pada pembaruan: bukan pembaruan lahiriah melainkan pembaruan rohani. Pembaruan kita laksanakan karena kita mencintai Allah yang dekat dengan kita dalam Gereja berkat membaranya iman dalam Roh Kudus. Ada beberapa jalan melaksanakannya: 1) Dalam berinteraksi dengan semua kelompok, segala arus rohani dan pelbagai pendirian teologis, mengatasi segala perbedaan cara berpikir (berpikir secara positif); 2) Dalam evangelisasi baru seperti diajarkan Paus Johannes Paulus II karena iman akan peran Roh Kudus yang mau selalu membaharui, melampaui segala ungkapan iman yang tertentu (menemukan wujud iman baru secara positif); 3) Dalam keterlibatan kerjasama antara awam dan klerus baik secara pribadi maupun sebagai petugas dalam Gereja Setempat dan paroki mengatasi segala bentuk lahiriah dari kerjasama (bertindak secara positif). Kalau ada aktivis PKK yang lalu aktif di paroki atau kelompok lain, kita memandangnya sebagai menjadi garam bagi lingkup yang lebih luas ; demikian pula kalau ada buah renungan atau buah pikiran atau segi iman atau cara pendalaman iman kita disambut paroki atau lingkup hidup lain, marilah kita bersyukur karena Roh menggerakkan segalanya.

 

Permenungan sampai saat itu erat berkaitan dengan keprihatinan Uskup Metropolit dari Provinsi Gerejawi Jakarta: Beliau menceriterakan bahwa Gereja kerap mengalami pasang surut. Misalnya Gereja Eropa sesudah sinode Gereja Khusus untuk Asia mengakui bahwa  sepertinya Eropa tak mewarisi apa2 kendati peran Gereja sekian lama: Eropa sekarang menjadi bersifat agnostik (bukan ateistik melainkan merasa tak butuh Tuhan). Di Indonesia, SAGKI-KWI merumuskan tantangan bahwa nilai2 iman-budaya-ideologi bangsa sudah dilepas dari kehidupan; masih merasa beragama, berbudaya, bernebgara-ideologi Pancsila tetapi pelaksanaan hidup sudah lain; seakan2 ketiganya tak mempengaruhi kehidupan. Suasananya sangat menyedihkan: RI terkenal korupsinya; iman tak mempengaruhi perilaku; budaya malu hilang sehingga korupsi dijalankan terang2an. Di balik itu terjadi: merebaknya semangat materialistis, hedonistis, sekularistis. Untuk mengatasinya diperlukan penguasaan diri dan kedekatan dengan Allah. Maka Keluarga PKK diharapkan menjadi kekuatan dalam Gereja dan masyarakat sebagai persekutuan yang selalu hidup atas dasar iman kepada Tuhan. PKK diharap membagikan air bersih , lambang dari rahmat Roh Kudus, yang menyebabkan pertumbuhan dan kesuburan dalam Gereja dan masyarakat. Pkk diminta membantu untuk mengalirkan aliran Roh Kudus melalui PKK itu ke lingkup Gereja yang lebih luas. PKK diundang untuk membangun Gereja yang terbuka: PKK dipanggil untuk menjadi tempat yang mengalirkan air kehidupan dari Roh bagi sekitar atas dasar pengutusan Yesus Kristus: mengikuti jejak para Rasul dan Maria yang dikumpulkan dan kemudian dicurahi Roh Kudus untuk diutus. Yang diharap tumbuh adalah keluarga PKK yang merupakan Gereja yang menyatu dengan seluruh umat setempat dan berusaha untuk melebur dan menjadikan dinamika itu dinamika PKK di Provinsi Gerejawi kita.

Kalau Gereja tak membawa garam katolik itu kepada Eropa itu sudah membayang sejak abad 19 ketika menjelang surat Paus Leo XIII Rerum Novarum .  Paus meningatkan bahwa dunia kehilangan gema iman; maka ia waktu itu mau menggarami masyarakat dengan iman. Dengan cara yang sama itulah masyarakat kita sekarang membutuhkan Kabar Gembira dalam cara yang sesuai dengan kebudayaan modern. Cara: itulah yang disebut inkulturasi. Indonesia membutuhkan persekutuan-persekutuan gerejawi (termasuk PKK) yang imannya meresapi segala segi hidup manusia. Hal itu sering sulit, karena setiap segi masyarakat itu mempunyai hukum geraknya sendiri. Maka perlu dialog2 budaya, dialog agama, dialog kehidupan, dialog karya.

Karena peserta Konvenda diharapkan sudah diresapi Roh Kudus maka dipanggil untuk membagikannya ke segala segi Gereja dan masyarakat. PKK diharap membantu agar orang tidak berhenti pada yang enak, yang sejahtera dan yang aman saja. PKK perlu membantu melalui dinamika yang khas PKK. Paus Yohannes Paulus II mengharapkan lagi pengalaman Gereja Perdana: Roh Allah berkarya demi keselamatan dunia membawa kebenaran, keadilan, kejujuran. PKK diharap mendoakan: agar orang merasakan kehadiran Roh Kudus supaya bersama2 tumbuh menuju ke gerakan moral. Arahnya adalah terciptanya hidup beriman yang sampai ke terbitnya gerakan memperbaiki moralitas bangsa. Di situ iman yang membudaya dihayati sebagai bernilai oleh semua. Yang diharapkan terjadi adalah bahwa dengan doa dan bertumpu pada Kitab Suci dan tradisi serta ajaran Gereja diharapkan keluarga PKK dibaharui dan membaharui dunia karena Roh Kudus kita imani sebagai juga sedang membaharui dunia. Dalam semangat itu, Uskup berkata ”Syukur ada Anda”.

 

Dalam workshops pertama diingatkan bahwa Pelayan Pujian penting karena melalui persekutuan doa umat ingin semakin dapat berdoa yaitu berkomunikasi dg Allah dengan sukacita a.l. menyambut Firman Tuhan. Persekutuan Doa mau menjadi oasis rohani agar kita dapat menjadi garam dunia. Sebab untuk menjadi ragi dunia perlulah bahwa kita hidup dalam hadirat Tuhan. Maka Pelayan Pujian diharapkan menolong terbentuknya PD untuk semakin menjadi persekutuan yang sungguh berdoa dan tidak hanya menjadi perkumpulan bernyanyi. Maka yang perlu dibangun adalah facilitator agar umatnya in dalam berdoa. Kita diajak untuk tidak menyebut peran itu sebagai worship leader melainkan pelayan pujian .

 

Selain itu: Dari doa sampai perwujudannya konkret harian bisanya tersedia banyak ungkapan. Kadang kala ungkapan itu tidak bertentangan satu sama lain. Namun sering juga kita harus memilih salah satu. Sesekali Roh Jahat memakai baju bagus untuk menipu kita supaya kjita pilih. Artinya pilihan antara yang baik dengan yang buruk. Namun pilihan itu bukan selalu antara yang baik dengan yang kurang baik. Tidak jarang kita harus memilih antara yang baik dengan yang lebih baik. Pilihan itu bagi seseorang (atau kelompok) yang beriman pada Roh Kudus diharapkan bertolak, berisi dan mengarah pada semakin dimuliakannya Nama Allah. Oleh sebab itu diperlukan proses memilah-milah dan memilih, manakah yang dikehendaki Tuhan bagi kita. Suara hati yang jernih dan tumbuh bersama konteks hidup bersama/menggereja yang benar tentu dapat membantu. Namun suara hati yang terbaik pun membutuhkan terang Roh Kudus. Dalam situasi itu, doa sungguh merupakan bantuan. Tanpa doa sulit kita melakukan discernment baik. Cara kita melakukan discernment yang baik dapat menjadi kesaksian yang mempertobatlkan orang lain.

 

Dalam kerangka itu PD disebut sebagai membutuhkan proses yang taat-azas dan tepat-arah. PD perlu dibantu untuk menjadi tempat orang berdoa dan berdoa bersama, PD yang baik dalam Gereja dapat memancar pada Gereja (paroki/keuskupan) sehingga bersemangat doa karena pencurahan Roh Kudus. Di situ PD menduduki fungsi penting seperti diminta Uskup Metropolit, yang meminta kita untuk ikut menjadi pewarta Kabar gembira di tengah masyarakat yang menjadi semakin sekular, semakin materialistis dan semakin hedonistis. Tim pelayan suatu PD dapat melayani demi terpadunya usaha, terkoordinasikannya upaya, tercerahkannya peserta agar menjadi pendoa yang hidup dalam keterlibatan dengan umat dan masyarakat luas. Peran itu hanya dapat terwujud kalau seluruh tim pelayan PD hidup dalam suasana doa dan berkarya sesuai dengannya.

 

Sementara itu diakui bahwa kegiatan melayani PKK dengan segala rekanannya tidak jarang sangat berat dan sarat hambatan: dari sudut tindakan, dari sudut pemikiran maupun dari sudut perasaan. Hambatan-hambatan itu dapat menggagalkan sejumlah hasrat kita untuk sukses mengembangkan PKK. Apalagi kalau sukses-sukses itu malah semakin menurun karena aneka sebab. Pelbagai hambatan itu merupakan tantangan bagi kita, apakah mau setia dalam melaksanakan komitmen kepada Tuhan melalui pelayanan. Meninggalkan pelayanan dapat digambarkan seakan-akan mau meninggalkan rumah yang sedang bocor. Ajaran Beata Teresa dari Calcutta dapat mengingatkan peran iman dalam kondisi seperti itu: ”Kamu tidak dipanggil untuk sukses, melainkan untuk setia”. Lihat juga Rom 12: 11. Setia kepada Tuhan yang lebih dahulu setia dan konsekuen dg komitmenNya kepada kita. Kesetiaan itu dapat memberi sukacita yang luar biasa. Kenapa? Karena kita hanya menaruhkan kekuatan dan keteguhan pada iman akan Allah. Teladan kita Ruth, Maria, dan terutama serta dalam semua itu Yesus Kristus.

 

Sebenarnya kita mengalami bahwa di luar doa atau relasi yang akrab dengan Tuhan, kita berada dalam kondisi rawan. Di situ dapat terjadi dosa. Dosa, menurut tradisi alkitabiah, dapat melimpah dalam sakit fisik. Atas dasar itu maka penyembuhan dapat beraneka: ada penyembuhan rohani, penyembuhan kejiwaan, penyembuhan fisik. Penyembuhan dalam Alkitab senantiasa difahami dalam kaitan dengan iman dan perlu difahami sebagai ungkapan pewartaan hadirnya Kerajaan Allah dalam diri Yesus Kristus. Kalau sekarang kita memohon kesembuhan itu tetap sebagai ungkapan iman: penyembuhan jasmani juga sebagai tanda imannya.

           

Dalam pada itu, kegiatan PKK itu sebagian besar merupakan kegiatan awam yang terlaksana dalam kerjasama dengan para klerus: maka diperlukan pembicaraan mengenai kaitan antara pelayanan tertahbis dan pelayanan tidak-tertahbis. Kerjasama dan hidup Kristiani itu membutuhkan pranata agar persekutuan terlindungi. Para tertahbis mencakup Uskup, Imam, Diakon. Asalnya dr Kehendak Tuhan. KHK 207: Klerus adalah pelayan hal-hal yg mengarah ke kesucian: pelayanan sakramental. Maka imam tidak boleh masuk politik praktis khususnya kepartaian atau berdagang; sedangkan pelayanannya memakai prinsip kecuma-cumaan .

 

Awam melakukan pelayanan dunia. Tugas awam adalah pelayanan kemasyarakatan (keluarga, perdagangan, ekonomi, politik,  dll).  Dalam hal pelayanan keluarga awam, juga mereka yang ada dalam PKK, mengembangkan apa yang diterima dalam /sakramen Baptis, Sakramen Krisma, Sakramen Tobat, dan Sakramen Ekaristi untuk ikut membaharui kehidupan keluarga mengikuti teladan Keluarga Kudus: relasi suami-isteri, relasi orangtua dan anak, relasi anggota keluarga dan tetangga serta rekan sekerja dan semua yang berkontak dengannya.

Itulah sebabnya mengapa para anggota PKK diajak untuk aktif memberikan komitmen secara setia kepada Gereja melalui lingkungan, paroki dan keuskupan,- bahkan ke tingkat konferensi waligereja. Melalui pelbagai tahap, PKK dapat ikut membaharui persaudaraan, pengembangan struktur jemaat dan relasi dengan anggota masyarakat lain.

Pelayanan keluarga PKK dalam masyarakat, selaras dengan pesan Pedoman PKK dari KWI 1995, bermaksud ”untuk mengetahui sejauh manakah kita didorong oleh Roh sejati, adalah degan memeriksa bagaimanakah kita bersikap terhadap kepentingan umat dan masyarakat yang lebih luas” (a. 56) agar ”dimensi rohani diintegrasikan dalam hidup masyarakat”(a. 57). Sebab tanpa segi itu, masyarakat akan rusak: tidak hanya rusak politiknya, ekonominya, kebudayaannya, juga pribadinya (misalnya menyebarnya masalah narkoba sampai ke penyakit HIV/Aids dsb).

Pada sisi lain, awam dapat berpartisipasi dalam beberapa pelayanan sakramental (mis. Sakramen Baptis dalam situasi tidak normal atau darurat; Sakramen Perkawinan biasa dengan membagi komuni dalam keadaan tertentu; serta sejumlah sakramentali sesuai dengan aturan Gereja). Sebab pelayanan sakramental adalah pelayanan gerejawi para klerus sehingga Gereja menentukan syarat2nya agar tidak ada penyalah-gunaan. Mengajar Ajaran Gereja itu membutuhkan juga izin dari Pimpinan Gereja (Uskup), demi kepastian pelayanan yang baik dan tepat bagi umat (dengan standar tertentu). Maka diperlukan pendidikan yang mantap.

Sementara itu dicermati bahwa Gereja dan masyarakat pada umumnya masih ada dalam suasana male-domination sehingga masalah-masalah gender terjadi dalam Gereja, termasuk masalah kemungkinan imam-wanita . Konvenda ini pun menarik: kebanyakan peserta perempuan tetapi dari sekian belas pembicaranya itu yang perempuan hanya satu. Dalam kerangka kesetaraan itu terbit juga diskusi mengenai peran awam dalam pewartaan dsb.

 

Dari seluruh Konvenda ini tampaknya PKK mempunyai peran penting dalam pelayanan evangelisasi dalam Gereja:, mewujudkan Anjuran Apostolik Paus Paulus VI Evangelii Nuntiandi no. 18 ”membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan, melalui pengaruh Injil merubah umat manusia dari dalam & membuatnya menjadi baru”. Ini panggilan bagi seluruh Gereja segala masa (juga masa kini) atas rahmat Roh Kudus dan berdasarkan kesadaran bahwa pelaku utama evangelisasi adalah Roh Kudus sendiri. Maka evangelisasi adalah tindakan eklesial yang membawa kewajiban bagi semua: perseorangan maupun lembaga katolik. Dengan demikian PKK ikut membaharui Gereja. Bentuknya: 1. Kesaksian hidup: PKK yang sehat melahirkan di dalam Gereja dan bagi Gereja pribadi-pribadi yang sungguh memancarkan dan menularkan keutamaan-keutamaan Kristus melalui kesaksian hidupnya sehari-hari; 2. Pewartaan/kotbah yg hidup: PKK yang sehat melahirkan juga bagi Gereja pewarta-pewarta (baik imam maupun awam) yang memiliki dedikasi tinggi untuk membangkitkan iman banyak orang melalui pemberitaan misteri cinta kasih Allah yang mewujud penuh di dalam kelahiran, derita dan wafat serta kebangkitan Yesus Kristus, Sang Penyelamat; 3. Liturgi Sabda: PKK yang sehat ikut menyediakan sarana yang secara teratur membantu umat  bertumbuh dalam relasi pribadi dengan Tuhan melalui pendalaman hidup doa dan pendalaman Sabda Tuhan lewat liturgi maupun paraliturgi; 4. Katekesis dan pelbagai pendidikan agama: PKK yang sehat membangkitkan lahirnya pengajar-pengajar yang mempersiapkan dan membimbing umat untuk menerima warta keselamatan; 5. Media massa: PKK yang sehat tidak mengabaikan pentingnya pewartaan Kabar Baik kepada banyak orang melalui pemanfaatan kemajuan di bidang multi media, baik cetak maupun elektronik. Melaluinya pewartaan disampaikan dan diperluas melampaui atap-atap rumah ; 6. Kontak pribadi: PKK yang sehat melahirkan pribadi-pribadi yang rela dan setia melayani pewartaan Kabar Baik melalui perjumpaan-perjumpaan pribadi yang mendekatkan orang kepada Tuhan : baik langsung melalui pelayanan konsultasi tatap muka ataupun tidak langsung melalui telpon, email, dan sebagainya; 7. Sakramen-2: PKK yang sehat melahirkan pribadi-pribadi yang menemukan kekuatan dan kesejatian diri melalui penghayatan akan Sakramen-Sakramen. PKK yang sehat memberdayakan setiap orang beriman untuk memasuki kehidupan sakramental yang sungguh digali dan dirayakan dengan semangat dan cinta baru, yang memuncak pada Perayaan Ekaristi; 8. Dengan ikut dalam pelaksanaan devosi-2: PKK yang sehat tidak membuang devosi-devosi yang dalam sejarah Gereja telah membawa jutaan orang menuju kepada kebaktian dan kedekatan yang intim dengan Tuhan. PKK yang sehat, dalam terang Roh Cinta Kasih membangkitkan dalam setiap orang beriman gairah untuk meneladani para kudus yang telah terbukti dan teruji kesuciannya, bukan pada semangat mengkultus-individukan sesama manusia yang masih harus berjuang dalam peziarahan di bumi ini.

 

Mungkin pada akhir rangkuman ini dapat diulang lagi kata-kata Uskup Metropolit Provinsi Gerejawi Jakarta kepada para peserta Konvensi Daerah VII Provinsi Gerejawi Jakarta pada waktu mendatangi Konvensi: “Syukur ada Anda”. Bp Kardinal dengan demikian bersama dengan para pemuka Gereja Katolik mengucapkan penghargaannya pada Keluarga Karismatik di Provinsi Gerejawi Jakarta.

-----------------------------------------------------------------

 

Warta Shekinah Edisi 4/2008


    Informasi lain mengenai : PENGALAMAN IMAN :
  • Pengalaman yang berkesan dengan PKK-Endie Rahardja
    Saya bersyukur kepada Tuhan karena boleh mengenal Pembaharuan Karismatik Katolik dan boleh menjadi bagian dari Keluarga Pembaharuan Karismatik Katolik di Keuskupan Agung Jakarta ini. [lebih lengkap ...]

  • Yang Mengesan Bagi Saya.......
    Apa yang paling mengesan dan mengubah hidupku dalam hubungannya dengan Pembaharuan Karismatik Katolik ? Pertanyaan ini diajukan kepadaku setelah hampir 30 tahun mengalami relasi dekat dan akrab dengan pembaharuan ini. [lebih lengkap ...]

  • PENGALAMAN SELAMA DALAM PELAYANAN PEMBARUAN KARISMATIK KATOLIK
    Sulit untuk menyebutkan , mana pengalaman yang paling mengesan selama pelayanan saya dalam PKK selama 28 tahun. Banyak sekali yang mengesan dan sangat terkesan. Setelah saya refleksi, mungkin yang paling mengesan adalah, kenyataan, bahwa saya ditangkap oleh Tuhan untuk pelayanan ini. [lebih lengkap ...]

  • Refleksi Singkat tentang Pembaruan Hidup dalam Roh
    Pertama kalinya saya berkenalan dengan Pembaharuan Hidup dalam Roh atau Pembaharuan Karismatik, ialah di Paris pada tahun 1972, di mana saya ikut menghadiri suatu pertemuan PD karismatik. Cukup mengesan, namun tidak ada kelanjutannya. Kemudian saya mendalami Pembaharuan itu secara teologis lebih dahulu lewat pelbagai macam literatur. Lewat studi itu saya disadarkan, bahwa pengalaman Roh Kudus dapat dimohon kepada Tuhan dan tidak harus lewat jalur penghayatan doa dan askesis yang lama lebih dahulu [lebih lengkap ...]

  • Catatan dari seorang non-karismatis
    SEWAKTU untuk pertama kalinya saya masuki aula di komplkes RS Carolus di Jakarta, tempat diadakannya Konvensi Pembaruan Karismatik Katolik I, saya langsung terkesan oleh suasana sukacita yang saya jumpai di sana. Aula sudah hampir penuh. Semua yang hadir, melagukan nyanyian-nyanyian merdu sambil bertepuk tangan. Para peserta konvensi tampak bagi saya ibarat satu keluarga besar yang sedang diliputi kebahagiaan. [lebih lengkap ...]

  • Cinta Menjadi Dasar Panggilan Hidup
    Pada hakikatnya panggilan hidup selibat dan hidup berkeluarga adalah jalan hidup yang  dipilih dan ditempuh berdasarkan cinta kasih. Perjalanan panggilan hidup 25 tahun sebagai imam bagi Pastor Antonius Gunardi Prayitna MSF dan hidup perkawinan pasutri A. Endie Rahardja dan Maria Lucia Indra Sentosa (Inge), diperbarui kembali, Rabu 10 Januari 2007 di Aula Katedral, Jakarta. [lebih lengkap ...]

  • Renungan Pribadi oleh Charles Whitehead
    Bagi saya ada banyak saat dan peristiwa penting sepanjang 10 tahun menjabat sebagai Presiden ICCRS. Namun  saya memilih 3 peristiwa yang sangat berkesan untuk Pembaruan Karismatik Katolik sedunia. [lebih lengkap ...]

  • Pembaruan Karismatik
    Bagaimana saya bisa membuat kesimpulan tentang Pembaharuan Karismatik Katolik berdasarkan beberapa kejadian/informasi yang saya alami/terima dalam beberapa tahun saja, sementara Pembaharuan Karismatik Katolik telah dikembangkan sejak akhir1960-an dan saat ini melibatkan sekitar 120juta umat Katolik dan 148ribu Persekutuan Doa di seluruh dunia? (data diambil dari http://www.iccrs.org/CCR%20worldwide.htm) [lebih lengkap ...]

  • Pastor Corr Van Bavel MSC
    Ketika saya mulai memegang paroki S. Ignasius untuk ketiga kalinya, saya merasakan suatu kekeringan dan ketidakbahagiaan dalam hati. Sudah sejak ketika saya  menjabat sebagai Delsos saya mulai merasakan krisis rohani, yang disebabkan oleh banyaknya perhatian yang saya berikan kepada hal-hal  material dan dunawi, seperti pembiayaan proyek-proyek, mengumpulkan uang secara wajar dan terutama pemahaman akan kehidupan seksual itu yang sungguh terpendam dalam kebatinanku.  Saya merasa bahwa kehidupan bathinku semakin miskin, kering dan merana. Semuanya itu berdampka negative bagi kehidupan rohani saya. [lebih lengkap ...]

  • Pengalaman beriman vs pengalaman mendapat mujizat
    Salah satu nasihat dari Yesus yang merupakan kritik terhadap  orang-orang Farisi adalah ”Takutilah  Dia, yang setelah membunuh mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. (Lukas 12:5).Biasanya orang takut karena manusia dan mungkin kita punya trauma terhadap orang-orang tertentu. Kita dapat lihat juga dalam masyarakat bahwa orang takut pada polisi, takut pada orang pajak karena takut diperiksa, takut pada jaksa, atau KPK sebab kadang-kadang ada pengalaman negatif yang tersimpan dalam hati dan membuat orang menjadi takut. Ketakutan yang demikian, bisa menjadi sesuatu yang nerotik juga. Dalam masyarakat, orang lebih takut terhadap manusia daripada pada Tuhan. [lebih lengkap ...]

  • mengapa muncul ide PENTAKOSTA SERENTAK.
    Sekitar tahun 1990 saat pertama kali kuliah di Yogyakarta dan mulai melayani Pembaharuan Karismatik Katolik di Badan Pelayanan Mahasiswa, Pentakosta adalah moment yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap team pelayanan waktu itu, kenapa? Karena saat malam pentakosta itu, kami mengadakan Persekutuan Doa Team dan ada pencurahan Roh Kudus, dimana masing-masing team di minta untuk meminta 1 karunia khusus pada Tuhan, dan biasanya team yang berjumlah 60 orang tersebut di bagi menjadi 9 kelompok (sesuai jumlah karunia yang ada), ada yang masuk kelompok karunia sabda pengetahuan, kelompok karunia bernubuat dsb. [lebih lengkap ...]

  • Kesaksian Natal : Aku ikut terlahir di saat Natal
    Hari Natal  merupakan  hari  yang sangat  berkesan di dalam hidup saya. Namun sebelum saya melanjutkan kisah pengalaman saya ini,  saya mau sedikit memperkenalkan diri. Saya berasal dari suatu kota kecil di daerah Indragiri Hulu-Riau. Keluarga  saya  bukanlah keluarga Katolik, namun saya mempunyai tante yang menikah dengan orang Flores dan menjadi katolik. Mereka tidak tinggal satu daerah dengan saya. Saat Natal mereka selalu datang ke kampung saya. Pada  malam Natal mereka pergi ke gereja untuk misa Natal.  [lebih lengkap ...]

     
Copyright © 2007 Pembaruan Karismatik Katolik. All rights reserved.