Monday, March 04, 2013    
Logo BPN      
  Pembaruan Karismatik Katolik  
       
buku pengajaran ISAO LOGO Info Iman Katolik BPN PKK pusat informasi artikel iman sharing dan kesaksian tanya jawab berita dan kegiatan hubungi kami

    | Artikel Menarik | ROH KUDUS | TEOLOGI | SABDA TUHAN | SAKRAMEN | DOA | EVANGELISASI | ICCRS Newsletter | KONVENAS XII - Jakarta 2012 |

Cari:



Alkitab Online


Untuk hari ini belum ada !

 

BUKU-BUKU PENGAJARAN


Items
DIPACU OLEH ROH KUDUS

Pembaruan Karismatik Katolik telah menjadi karunia istimewa dari Roh Kudus kepada Gereja untuk membaruinya. Buku ini adalah panduan yang sangat berguna bagi setiap orang untuk memahami sifat asli dari Pembaruan Karismatik Katolik. Pada hari ini, tanggal 16 Oktober, hari peringatan Baptisan saya, dengan sangat bersukacita  saya merekomendasikan buku ini kepada para gembala umat dan para pemimpin Pembaruan agar supaya dapat membantu mereka di dalam membimbing gerakan itu pada arah yang benar di dalam keuskupan dan daerah mereka. ... [more info]



Items
PEDOMAN DASAR

Telah tersusun PEDOMAN DASAR dengan kepanitiaan yang diketuai oleh Romo Antonius Gunardi, MSF. Pedoman dasar ini telah diterima dan disahkan oleh KWI dalam Sidang tahunannya, November 2005.... [more info]



Items
VISI DAN MISI PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK di IN

Mengingat perkembangan Karismatik di Indonesia yang cukup pesat, tetapi tanggapan umat maupun pimpinan Gereja yang sering masih simpang-siur, maka dirasa semakin dibutuhkan bimbingan dan pengarahan dari pimpinan Gereja yang resmi, yang lebih jelas dan sesuai dengan iman Gereja. ... [more info]



Artikel Iman : SABDA TUHAN
RENUNGAN PESTA KENAIKAN TUHAN YESUS KE SURGA,

Items


Minggu, 04 Mei 2008

 Renungan Pesta Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga
Oleh P. Alexander Denny Wahyudi, s.x.

Hari ini kita merayakan Pesta Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. Dalam abad-abad awal Kristiani, perayaan Hari Paskah, Hari Kenaikan Tuhan ke Surga dan Pantekosta dirayakan bersama dalam satu hari. Ketiga pesta ini dirayakan bersama dengan penekanan inti yang berbeda. Kebangkitan atau Paskah Tuhan kita Yesus Kristus memberikan pesan bagi kita bahwa Yesus masih terus hidup, Ia tidaklah mati namun hidup dan bangkit dari maut kematian. Kebangkitan-Nya mengajak kita percaya bahwa sekarang Yesus berada di Surga dan bukan di dunia ini lagi. Yesus telah naik ke Surga, berarti Yesus adalah Allah, di dalam Allah dan bersama Allah. Pesta Pantekosta, turunnya Roh Kudus atas para rasul menyatakan bahwa Yesus juga masih ada di dunia ini bersama kita semua. Yesus tetap tinggal di antara kita (Emanuel) dalam bentuk berbeda, dalam wujud lain yaitu Roh Kudus. Kita merayakan hari Kenaikan Tuhan ke Surga, 40 hari setelah hari raya Paskah lalu disusul dengan hari Raya Pantekosta yaitu 50 hari setelah hari Paskah. Namun ketiga pesta iman kita ini memiliki satu pesan unik dalam diri Yesus Tuhan kita. Kristus telah bangkit, Kristus telah naik ke Surga dan Kristus telah memberikan Roh Kudus-Nya bagi kita para pengikut-Nya.

Dalam bacaan Injil hari ini yang diambil dari Mateus merupakan sintesis dari ajaran Injil ini. Yesus dapat dipahami dari bab terakhir Mateus ini. Nampaknya Yesus adalah manusia yang gagal total dengan kematian-Nya. Namun, sebaliknya Ia memulai suatu hidup baru dalam keberadaan-Nya. Yesus tidak ada lagi di dunia ini, namun masih ada para penerus dan pengikut-Nya yaitu para rasul. Yesus tidak ada lagi di dunia ini, namun masih ada Gereja, sebagai tubuh mistik-Nya dan Yesus masih menjadi kepala Gereja ini. Gereja adalah simbol kehadiran Yesus di dunia ini. Kita adalah Gereja-Nya. Ia telah naik ke Surga menyediakan tempat bagi kita semua di rumah Bapa dan kita dipanggil menjadi “Yesus-Yesus yang baru.” Dalam Injil Mateus ini tidak dikatakan bahwa Yesus naik ke Surga namun menyatakan bahwa Yesus menampakkan diri kepada kesebelas rasul dan berpesan beberapa hal pada mereka. Ini adalah suatu peristiwa perpisahan diantara guru dan para murid, antara Yesus dan para rasul. Sebelum meninggalkan mereka, Yesus berpesan untuk kali terakhirnya, pesan-pesan yang sangat penting sama seperti ketika seorang akan meninggal, ia akan meninggalkan pesan wasiatnya yang meringkas seluruh hidupnya di dunia ini dan wasiat ini biasanya menjadi sangatlah penting. Karena begitu penting, maka para kerabat yang masih hidup akan menjalankannya dengan baik sesuai permintaan saudara yang baru meninggal dunia itu.

Dikatakan dalam Mateus ini bahwa mereka berlutut di hadapan Yesus dan beberapa dari mereka merasa ragu-ragu. Kedua sikap ini yaitu keraguan dan kepercayan bulat pada Yesus masih merupakan dua dimensi dalam Gereja hingga saat ini dan masa mendatang. Kita sering merasakan bahwa Allah begitu dekat dengan kita secara pribadi. Allah yang hidup, hadir dan menyokong hari-hari hidup kita. Namun tidak jarang pula kendati kita memiliki iman ini, kita masih juga merasakan keraguan, kebingungan dan bertanya-tanya: mengapa Tuhan membiarkan hal-hal buruk ini terjadi dalam hidupku? Hal ini terjadi pada para rasul dan pada kita semua para pengikut Kristus. Demikianlah pasang-surutnya hidup beriman kita yang sering kali di luar kehendak kita sendiri namun kita teruji dengan peristiwa iman itu jika kita tetap setia pada ajaran kasih-Nya. Maka kita yang adalah bagian dari Gereja semesta di dunia ini tidak saja merupakan barisan orang-orang yang percaya seratus persen pada kehendak Allah namun juga Gereja ini memiliki anggota-anggota yang kadang luntur kadar kepercayaannya. Singkatnya Gereja tetap terdiri dari orang kudus dan orang berdosa. Di situlah misteri kasih Allah tetap nyata, bahwa kita yang masih berdosa ini masih terus diberikan kesempatan untuk bertobat dari waktu ke waktu, setiap saat Tuhan tetap memanggil dan mengasihi kita kendati begitu beratnya dosa dan kesalahan kita.

Yesus telah naik ke Surga dan para rasul masih tetap tinggal di dunia ini. Awalnya Yesus bertanggungjawab atas karya pewartaan kasih Allah kepada kita manusia. Saat ini setelah Yesus di Surga, tugas dan tanggungjawab pewartaan ini menjadi milik kita para pengikut-Nya yang adalah Gereja, yaitu saya, Anda sekalian, dan hirarki sebagai pengemban misi kasih Allah. Maka, Gereja hendaklah terus bertanya dalam dirinya, “Apakah saya masih terus berusaha berpaling dan percaya akan Kristus Yesus? Apakah saya masih mewartakan-Nya? Apakah sikap dan tingkah laku serta perbuatan kita mencerminkan ajaran kasih-Nya?” Etty Hillesum dalam sel konsentrasi di Auschwitz berkata, “Engkau, Allah, di manakah Engkau kemarin? namun Engkau berkata kepada kami, Dan engkau wahai manusia, di manakah engkau kemarin? Engkau Allah tidak lagi mampu membantu kami, namun kami yang harus bertindak membantu-Mu dan menyediakan tempat di Surga dalam hati kami dan di dunia ini.” Bonhoeffer, seorang gembala di Jerman pada zaman Nazi berkata, “Kaum Kristiani yang berdiri dengan hanya satu kaki di bumi ini, akan berdiri dengan satu kaki pula di surga nanti.” Yang berarti, “Aku tidak lagi bersama kalian di dunia ini. Kalianlah yang menjadi penanggungjawab dari segala yang terjadi di dunia. Dunia ini adalah milik kalian. Janganlah menyebut dan memanggil demi nama-Ku lagi. Semua tergantung dari kalian semua.”
Elie Wiesel berkisah tentang satu peristiwa yang terjadi di antara para tahanan di antara orang-orang keturunan Yahudi. Satu dari antara mereka setelah diikat erat dengan tali berusaha untuk membebaskan diri. Kemudian satu dari para tahanan Yahudi itu berusaha dengan sekuat tenaga membantunya dan berkata, “O Tuhan, di manakah Engkau?” dan ada satu suara menjawabnya, “Di situ, di dalam diri anak yang diikat itu.”

Pesta Kenaikan Tuhan ke Surga ini hendaknya menjadi pesan rohani bagi kita namun juga berarti sekaligus menjadi pesan secara material, dalam cara pandang kita sebagai umat beriman yang masih hidup di dunia ini. Hendaknya kita tidak cepat berpaling dan menyerah kepada hal-hal yang rohani namun kita juga bertanggungjawab akan masalah yang ada di dunia ini. Kita cenderung mencari penghiburan rohani untuk diri kita sendiri tanpa mempedulikan situasi gawat yang melanda hidup dan penghidupan orang lain di sekeliling kita atau pun di belahan dunia lain. Kita telah terbiasa dengan berita kematian ribuan bahkan jutaan orang yang mati terbunuh dan kelaparan. Seakan hati dan telinga kita telah tertutup dan tidak tahu mau berbuat apa bagi mereka. Biasanya kita hanya cenderung diam dan berdoa secara rohani tanpa mewujudnyatakan dalam aksi nyata untuk membantu saudara-saudari kita yang menderita itu. Kita berpikir bahwa diri kita masih susah dan membutuhkan banyak hal, bagaimana harus membantu mereka dengan materi yang pas-pasan dari harta milikku atau gaji bulananku? “Apa yang akan dilakukan Yesus dalam masalah-masalah yang membelenggu dunia dan umat manusia ini?” Ini adalah kriteria unik dalam tiap waktu, tiap situasi dan di hadapan tiap pribadi. “Engkau adalah Yesus di saat yang menentukan itu, janganlah lupa dan mengabaikan begitu saja.” Ia, Tuhan tidak ada lagi di dunia ini, Tuhan hadir melalui dirimu. Jika dirimu tidak berbuat baik dengan kasih seperti telah diajarkan Yesus Tuhan kita, janganlah menyebut dirimu murid dari Guru Ilahi itu. Janganlah menipu dirimu sendiri dan sesamamu.

Dalam pesan terakhir-Nya kepada para rasul, Yesus menyuruh mereka, “Pergilah!” Iman yang tertutup adalah iman yang mati. Maka iman berarti pergi. Pergi menyebarkan pesan kasih. Iman hendaklah tidak dipendam sendiri menjadi tradisi pribadiku. Iman hendaklah terbuka, pergi, mengubah dan terlibat dengan situasi zaman ini.

Bayangkanlah seorang ayah dan seorang ibu dalam sebuah keluarga. Seorang ayah yang baik, seorang ibu yang baik akan mencintai putera-puterinya dalam kasih yang berbeda bentuknya menurut usia anak-anak mereka. Saat masa bayi dan kanak-kanak orang tua akan membelai, mencium dengan gemasnya pada anak-anak yang masih lucu ini, dan meninabobokkan saat mereka akan tidur. Namun saat datang usia remaja, tibalah saat di mana orang tua memberikan kasih yang berbeda. Mereka tidak lagi memberikan kasih dan perhatian seperti saat anak-anak mereka masih ingusan. Namun dengan kasih dan perhatian dalam bentuk memberikan kepercayaan dan kebebasan untuk memilih sesuai hati nurani anak-anak remaja mereka ini. Memberikan mereka peluang untuk menyampaikan aspirasi mereka dengan bertanggungjawab atas pemikiran dan tindakan mereka. Celakalah orang tua yang masih mencintai anak-anak remaja mereka dengan cara yang sama saat mereka berikan pada anak usia lima tahun. Ia adalah tetap anakmu namun bukan lagi anak yang seperti saat berumur lima tahun. Ia menjadi anak yang berbeda dan berkembang meskipun tetap menjadi pribadi yang sama yaitu anakmu.

Hubungan antara suami dan isteri adalah hal yang sama. Namun celakalah mereka yang selalu mencintai dengan cara yang sama. Ketika saat bertunangan mereka mengasihi dengan satu bentuk kasih yang unik. Saat setelah menikah, cara mereka mengasihi dalam wujud dan bentuk lain. Cinta selalu sama namun berubah dalam perwujudan dan bentuknya. Kita semua tetap sama namun kita juga berubah dengan bertambahnya usia dan situasi serta pengalaman yang berbeda. Sebuah pohon selalu memiliki daun dan ranting namun daun dan ranting serta akar pohon ini selalu berubah dalam ukuran dan bentuknya. Mereka terus berkembang atau bahkan bisa jadi kering, layu dan mati. Namun benar bahwa manusia berbeda dengan tanaman. Mereka sama karena makhluk yang hidup dan berkembang. Apa yang hidup teruslah berubah, berkembang, menjadi dan menuju ke arah yang berbeda. Tak ada yang tetap sama dalam hidup ini. Semua masih tetap sama dan semua juga akan berubah dengan beragam perbedaannya. Demikian pula dengan iman akan Allah. Allah selalu tetap Allah. Namun iman ini terus berubah, kadang bertumbuh dan kerap pula layu. Imanku haruslah keluar, pergi, diperluas, terlibat dan perlu pendalaman. Jika iman ini tidak pernah dipupuk dan diolah maka iman ini akan mati dengan sendirinya. Jika Gereja tidak terlibat nyata dalam hidup keseharian umat manusia di dunia ini, maka Gereja tidak akan bertumbuh sesuai dengan zamannya. Tiap zaman memiliki tantangannya sendiri. Gereja yang tidak berubah, yang tidak menyadari perubahan zamannya akan menjadi tidak berarti bagi umat manusia di zamannya. Lihatlah Eropa yang memiliki iman yang cukup tua, tradisional telah berlalu dalam zaman yang lampau. Telah berlalu zaman keemasan keberimanannya. Di mana iman tidak hidup, diremajakan, dalam pergerakan, akan mati. Di sinilah di Eropa Kekristenan telah berlalu dan sekarang dalam proses kematian dengan tidur yang panjang karena iman yang tidak diperbaharui, tidak berani keluar dan tidak berusaha untuk berjalan dalam kepekaan akan zaman yang bersangkutan.

Yesus di hadapan kesebelas rasulnya. Sebelumnya ada dua belas rasul namun sekarang tinggal sebelas orang karena seorang telah mengkhianati-Nya, berpaling pada “guru” lain. Kesebelas rasul ini adalah mereka yang berbeda, sederhana, tanpa banyak persiapan, penuh keraguan dan ketakutan. Manusia biasa yang juga penuh keraguan. Namun Yesus memiliki keyakinan bahwa kelompok sebelas ini akan melanjutkan misi-Nya di dunia ini. Allah menaruh kepercayaan padaku. Barangkali aku tidak pernah mengerti namun Ia telah mengenal dan memilihku dan Ia menaruh kepercayaan padaku apa adanya dengan sisi positif dan negatifku sebagai insan ciptaan-Nya.

Akhirnya Yesus mengakhiri pernyataan-Nya, “Aku akan menyertai kalian sepanjang masa.” Tetaplah tinggal di dalam-Ku dan Aku di dalammu. Bayangkanlah sebuah pohon atau seorang manusia: setiap hari membutuhkan udara, makanan, minuman, dst. Cinta antara seorang pria dan wanita memerlukan pupuk berupa kasih dan ciuman serta perhatian yang saling membahagiakan, saling menghidupkan. Kasih dan cinta kemarin, hari ini tidak berguna lagi. Wujud kasih kemarin adalah untuk kemarin dan sekarang perlu wujud kasih yang nyata yang terus diperbaharui dari hari ke hari. Hari ini adalah lain dari hari kemarin. Esok dan lusa memiliki nuansa berbeda lagi untuk mewujudkan kasih ini. Iman yang hidup sepanjang waktu membutuhkan pupuk dan makanan yang bervariasi dan sehat. Tiap kali ada umat bertanya, “Mengapa datang ke gereja tiap hari Minggu? Mengapa harus berdoa tiap saat? Mengapa harus hening?” Pertanyaan-pertanyaan ini seperti bertanya, “Mengapa perlu adanya pembicaraan antara suami dan isteri? Mengapa kita makan tiap hari?” Hal-hal di atas adalah hal rutinitas sehari-hari yang kadang kala tidak terpikirkan lagi, menjadi sesuatu yang otomatis dan harus dilaksanakan. Rutinitas sehari-hari memberikan pupuk dan memeliharaku untuk hidup saat ini dan selanjutnya. Jika tidak makan, maka aku akan mati, Jika aku tidak bicara dengan pasanganku, aku dan dia menjadi asing. Jika aku tidak mengasihi anak-anakku, mereka akan tumbuh tanpa cinta dan kasih orang tua. Jika aku tidak menyediakan waktu untuk berrefleksi dalam hati dan batinku secara serius, aku sendiri akan mati secara rohani. Akhirnya akan mudah untuk berkeluh kesah, menyalahkan orang lain dan diri sendiri. Dan penyesalan kemudian tidaklah berguna. Tuhan tidak akan marah bila aku lupa dan melalaikan diri untuk berdoa dan bertumbuh dalam hidup rohaniku, namun diriku, hatiku, jiwaku dan rohku akan menderita kelaparan dan akhirnya mati.

Demikianlah dalam Kitab Suci, Musa, Yakob, Jeremia, Yesaya adalah teladan manusia beriman yang mendalam akan Allah dengan jatuh-bangunnya sendiri, dengan tantangan dan percobaan yang harus mereka lalui dan mereka tetap setia sampai akhir hayat mereka. Mereka tetap menaruh iman harian mereka pada Allah kendati sulit dan penuh penderitaan fisik maupun batin. Menurut para bapa rohani masa lampau, dosa paling besar manusia adalah melupakan Allah. Dalam Alkitab dikatakan, “Siapa yang melihat Allah akan mati.” Jika kita memiliki pengalaman rohani akan Allah, kita tidak akan pernah sama seperti sebelumnya. Kita akan berubah, lahir kembali, bangun kembali, menjadi api yang menyala. Namun api yang menyala ini membutuhkan kayu bakar atau arang untuk terus berkobar bara apinya. Maka saya pun harus selalu secara berkelanjutan terus membutuhkan makanan dari Allah, dari hari ke hari, tiap minggu dengan kayu bakar baru dan arang yang siap dibakar. Manusia modern memiliki ciri khas yang tidak lagi membutuhkan makanan jiwa mereka, tidak lagi membutuhkan Allah, namun mereka memburu makanan dan kenikmatan harian mereka berupa hiburan, mobil mewah, rumah indah, kebun dan tanaman mahal, pakaian dan segala jenis glamor lainnya. Sama halnya dengan membangun sebuah rumah di atas pasir yang cepat atau lambat akan runtuh. Kita pun cepat atau lambat akan mencari pemenuhan kebutuhan rohani yang hanya bisa digenapi dengan makanan rohani dalam Allah, bukanlah makanan duniawi yang semu dan sesaat sifatnya.

Tiap hari bila kita dikuatkan dengan hikmat Allah, kita pun akan diteguhkan dengan daya ilahi-Nya di hari-hari yang akan datang kendati banyak kendala dan cobaan. Ibu Teresa dari Kalkuta saat merawat dan memperhatikan kaum miskin dari yang paling miskin berkata kepada mereka yang menuduhnya berusaha untuk mengkristenkan orang-orang miskin itu, “Aku mengasihi mereka dan aku melayani mereka. Allah adalah kasih. Melalui kasihku dan melalui cara pelayananku aku memberikan apa adanya. Aku tidak berbicara tentang pertobatan menjadi kristiani. Aku mencintai mereka dengan pelayananku. Allah adalah kasih, jika Allah berkehendak, mereka akan bertobat dan berpaling kepada Allah. Jika berkenan mereka akan menerima Allah.” Perhatikanlah hati dan jiwamu dengan perbuatan kasih yang nyata dan selebihnya akan datang dengan sendirinya.

Allah bersama dengan Anda setiap hari setiap saat. Ia di hadapan pintu rumah Anda karena Anda dapat membuka pintu itu. Ia berada di dalam rumah Anda karena Anda dapat merasakan bahwa Ia dekat dengan Anda. Ia ada di dalam indera Anda karena Anda mampu menemui-Nya. Ia dekat dengan Anda agar menjadi bahan pertimbangan buat Anda. Ia ada di hadapan Anda karena Anda dapat melihat-Nya. Ia ada di dalam diri Anda karena Anda dapat mengindera-Nya. Ia bersama dengan Anda di dalam kegelapan untuk menjadi milik Anda dan ketika Anda sendiri membutuhkan penghiburan-Nya. Ia bersama dengan Anda di dalam kegembiraan Anda sehingga Ia menjadi kawan dan sahabat Anda. Ia bersama dengan Anda di dalam semangat Anda yang luar biasa besarnya, di dalam pergumulan hidup sehari-hari Anda dan di dalam pengalaman harian Anda karena Ia siap menjadi pemenuhan dan penolong bagi Anda. Ia bersama Anda kemarin, Ia bersama Anda hari ini dan Ia akan bersama Anda esok dan lusa. Aku mencintai pasanganku dan merasakan kehadirannya ketika aku dan dia bersama-sama, ketika aku dan dia saling berbagi kasih sayang yang tulus dan mesra, ketika bekerja bersama, ketika tinggal bersama. Namun aku juga merasakan ia dekat, di dalam hatiku, hadir di benakku, bahkan ketika ia tidak ada secara fisik di hadapanku, bahkan di saat ia berada jauh ribuan kilometer jaraknya, dan ketika tidak berjumpanya selama tiga hari, seminggu, sebulan, setahun, bahkan tiga tahun. Ia tetap ada di dalam hidupku, di dalam hatiku bahkan ketika aku dan dia tidak bertemu. Allah tetap hadir dari hari ke hari dari waktu ke waktu dalam hidupku karena Ia tetap mengasihi dan memeliharaku, menenangkan jiwaku dan aku merasakan keheningan yang membahagiakan dalam belaian lembut kasih sayang-Nya yang kekal dan sempurna.


    Informasi lain mengenai : SABDA TUHAN :
  • Memiliki Hati Seperti Yesus
    Bagaimana kalau Tuhan hidup didalam diri kita dan di dalam hati kita. Dan bayangkan kalau kita hidup dengan hatiNya. PrioritasNya menjadi tindakan kita, kerinduannya menjadi keputusan kita, dan cintaNya mengendalikan perilaku kita atau kebiasaan kita. [lebih lengkap ...]

  • MEMBACA ALKITAB DALAM KONTEKS ASIA
    Sebagai aktivis Kerasulan Alkitabiah atau Pelayan Sabda, kita sudah akrab dengan pesan Dokumen Konsili ”Dei Verbum” #26: ”Semua klerisi terutama imam-imam Kristus dan semua orang lain yang sebagai diakon atau katekis secara sah melayani sabda, perlu berpegang pada Kitab Suci melalui bacaan suci yang tekun dan melalui studi yang cermat, agar tidak seorangpun dari  mereka menjadi pewarta lahiriah sabda Allah yang sia-sia, yang tidak menjadi pendengar batin (S. Agustinus)”
    [lebih lengkap ...]

  • DENGAN KOMUNIKASI LEWAT CINTA
    Kitab Suci adalah sebuah love story tentang Allah yang jatuh cinta dan tetap mencintai umat manusia yang berdosa. Cerita tentang karya Allah dalam tokoh-tokoh yang rapuh seperti kita: Adam dan Hawa, Kain dan Habel, Nuh, Abraham, Yakub, Ishak, Esau dan Yakub, Yusuf dan saudara-saudaranya, Musa dan Harun, Gideon, Yefta, Simson, Hana, Samuel, Daud, Abigail, Batsyeba... [lebih lengkap ...]

  • Apa Yang Sedang Kristus Tulis di Tanah ?
    Uskup Nikolai, teolog bertalenta yang memadukan pengetahuan tingkat tinggi dengan kesederhanaan jiwa yang tenggelam dalam kasih seperti Kristus dan kerendahan hati, kerap dijuluki Krisostomos Baru karena kotbahnya yang inspiratif sebagai bapa Rohani rakyat Serbia, ia senantiasa mendorong mereka untuk memenuhi panggilannya sebagai sebuah bangsa yang melayani Kristus. Selama Perang Dunia II, ia dipenjara dalam kamp konsentrasi Dachau. Kemudian ia melayani sebagai pimpinan gereja di Amerika, tempatnya wafat. [lebih lengkap ...]

  • action
    SETIAP Pertemuan Pleno Kecil, yakni bertemunya anggota BPN Harian dengan para perwakilan BPPG serta Pengurus Seksi-seksi BPN, diharapkan dimulai dengan siraman rohani berupa Rekoleksi. Kali ini dibawakan oleh Romo Adrian Adiredjo OP, dari Pontianak, yang baru saja diangkat menjadi Moderator mendampingi Seksi Kepemudaan BPN. Secara utuh pemaparan bahan Rekoleksinya yang disajikan pada Jum at petang, 20 Maret, 2009, di Sawangan Golf, Depok, seperti berikut. [lebih lengkap ...]

  • PERANAN KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN GEREJA (1)
    Pada pertengahan abad ke-20 Kitab Suci  berbahasa Latin-lah yang dibacakan dalam Misa Kudus. Pada masa itu terdapat sedikit bacaan yang dipilih dari Perjanjian Lama, dan ada sejumlah kecil bacaan yang diambil dari Perjanjian Baru yang mendominir lingkaran satu tahun. Dalam menanggapi Konsili Vatikan II, kita sekarang mempunyai sebuah lingkaran tiga tahunan perihal pembacaan pada Misa hari Minggu dan sebuah lingkaran dua tahunan perihal pembacaan pada Misa harian. Bacaan-bacaan Perjanjian Lama menjadi menonjol dan hampir keseluruhan Perjanjian Baru (Injil dan surat-surat/epistola serta Kitab Wahyu) mendapat kesempatan untuk dibacakan. Teks yang dibacakan juga dalam bahasa setempat yang dominan.   [lebih lengkap ...]

  • Praktek “Lectio Divina” Di Pertapaan
    PRAKTEK KLASIK  Lectio Divina -- dalam suasana doa membaca Kitab Suci, yang kita diimani sebagai buku yang memiliki ilham ilahi -- ditemukan kembali dan dibarui pada zaman kita ini. Sementara itu ada beberapa cara praktek Lectio Divina telah bertumbuh hingga membingungkan sehubungan dengan  adanya juga Praktek Doa Hening yang sebenarnya berbeda. Beberapa penjelasan tentang perbedaan-perbedaan itu kiranya dapat menolong kita untuk memahaminya. [lebih lengkap ...]

     
Copyright © 2007 Pembaruan Karismatik Katolik. All rights reserved.