Renungan Harian - Tuesday, 20 October 2020

KESETIAAN


Selasa, 20 Oktober 2020

Efesus 2:12-22

Mazmur 85:9ab-10. 11-12. 13-14

Lukas 12:35-38

 

Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.” --- Mazmur 85:11-12

 

ZAMAN INI, budaya menanti sudah dianggap kuno. Kemajuan teknologi telah membuat manusia lebih menyukai budaya ‘jemput bola’. Ini sesuai dengan ambisinya untuk tidak mau tergantung pada siapapun. Dalam budaya ‘jemput bola’, kepastian ada di tangan. Sebaliknya, ketika harus menanti, situasi ketidakpastian selalu menyertainya. 

Yesus justru minta kita agar selalu mampu hidup dalam penantian. Alasannya, seluruh kepastian yang terkait dengan kehidupan berasal dari Allah, bukan dari kita. Untuk itu, sikap ‘menanti’ yang paling tepat adalah ‘tetap bangun’ (Yun. grégoreó) atau ‘melek’ (Jawa) – ‘berjaga’. Itulah ungkapan yang dipakai oleh Yesus pada bacaan Injil hari ini (Luk.12:37).

Ungkapan grégoreó atau melek – berjaga- mengandung tiga keaktifan. Pertama, “pinggang tetap terikat” (ay. 35a), artinya, siap bertugas dengan pakaian kerja yang rapi; kedua, “pelita tetap menyala” (ay. 35b), artinya, selalu memelihara dan menjaga kesiapan; dan ketiga, “seperti orang yang menanti-nantikan tuannya” (ay. 36), artinya, full alert, ‘penuh kewaspadaan’.

Untuk bisa melek, dibutuhkan kesetiaan, sebuah dasar penting bagi relasi yang bermakna dan abadi. Allah sendiri telah memperlihatkan kesetiaan itu melalui perjanjianNya dengan sejarah manusia, yang memuncak dengan anugerah Yesus Kristus, Putera Tunggal-Nya, yang mati dan bangkit bagi keselamatan kita. Kesetiaan adalah ciri Ilahi (2 Tim 2:13).

Pada zaman ini, kesetiaan sulit dilakukan. Penyebabnya sama dengan sulitnya budaya menanti, yaitu bahwa manusia tidak mau terikat oleh sebuah masa depan yang tidak diketahuinya, atau yang tidak jelas. Namun, kesetiaan adalah langkah dan syarat pertama untuk beriman, karena keduanya menempatkan Sang Mahakasih dan Mahasetia sebagai yang paling utama. Ini merupakan bentuk lain dari “kaya di hadapan Allah” (Luk 12:21). (WIT)

DOA: “Ya Allah yang Mahasetia, curahkanlah Roh Kudus-Mu dalam hidup kami, sehingga kami mampu untuk tetap setia memuji, dan mengabdi-Mu, sehingga di mana-mana Nama-Mu dimuliakan”.

JANJI: “Dia (Yesus Kristus) datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat”, karena oleh Dia, kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul, dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” -- Efesus 2:17-20

PUJIAN: Saat pandemi Covid-19 ini, banyak umat Kristen tidak lagi bisa secara fisik pergi mengikuti Misa kudus dan menerima Sakramen Mahakudus. Bahkan untuk menerima Sakramen Pengurapan orang sakit pun sulit. Inilah masa ujian kesetiaan iman kita.Banyak yang justru imannya makin dalam, karena tempaan ketekunan, tetapi juga banyak yang samasekali kehilangan pegangan iman. Mereka menganggap hidup tanpa Sakramen Gerejani juga bisa.

Penanggung jawab RH: Rm. Subroto Widjojo, SJ


Bagikan :

Renungan Harian lainnya :

MENJADI SATU

Thursday, 16 May 2024

INTENSI DOA DARI YESUS

Wednesday, 15 May 2024

KITA DIPILIH OLEH YESUS

Tuesday, 14 May 2024

PERCAYA YANG BENAR

Monday, 13 May 2024

KASIH ALLAH

Sunday, 12 May 2024

New 10 May 2024, 07:31

Friday, 10 May 2024

SUKACITA DALAM KRISTUS

Friday, 10 May 2024

MENJADI PEWARTA YANG PENUH SUKA CITA

Thursday, 09 May 2024

ROH KEBENARAN

Wednesday, 08 May 2024