Share Media :

HOMILI MGR. I. SUHARYO DALAM MISA SYUKUR 30TH SEP SHEKINAH


HOMILI MGR. IGNATIUS SUHARYO DALAM MISA SYUKUR 30 TAHUN SEP SHEKINAH
(Aula St. Vincentius Putra Jakarta, 8 Desember 2018)


Saudara/i terkasih,

Mewakili para Uskup, saya ingin mengucapkan selamat mensyukuri ulang tahun ke-30, penyertaan Tuhan di dalam SEP yang sekarang tersebar tidak hanya di Keuskupan Agung Jakarta, tetapi juga keuskupan yang lain.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena 30 tahun yang lalu, Tuhan menggerakkan hati pribadi-pribadi, beberapa diantaranya ada diantara kita, untuk memulai pelayanan yang mulia ini. Kita bersyukur karena selama 30 tahun, Tuhan menyertai dan memberkati pribadi untuk merawat dan mengembangkan SEP sehingga menjadi seperti sekarang ini. Mudah-mudahan kekuatan Injil sungguh-sungguh menjadi daya yang mengubah dan memperbarui pribadi, hidup bersama, hidup bermasyarakat, dan struktur hidup di masyarakat.

Kita semua tahu, istilah Evangelisasi di dalam Gereja Katolik baru mulai populer sesudah Konsili Vatikan II. Sebelumnya, kata yang dipakai adalah ‘Misi'. Seringkali ‘Misi' dipahami dalam arti sempit, yaitu mewartakan Injil kepada orang non Kristen supaya mereka dibaptis dalam Gereja Katolik.

Setelah Konsili Vatikan II, disampaikan bahwa dalam agama lain juga ada kebenaran (keselamatan). Terjadilah krisis besar di dalam Gereja khususnya yang melanda kalangan misionaris. Dulu, mereka bersemangat diutus. Kebanyakan misionaris datang dari Belanda; imam, bruder, suster – mengorbankan segala hal, pergi ke tanah misi yang jauh untuk menjadikan penduduk setempat menjadi pengikut Kristus. Mereka bangga karena istilah jaman itu, “Menyelamatkan mereka dari api neraka.”

Ketika Gereja Katolik sampai pada keyakinan bahwa ada yang baik, bahkan ada keselamatan di luar Gereja, para misionaris mulai bertanya-tanya, untuk apa lagi mereka pergi ke tempat yang jauh, bila mereka (orang non Kristen) sudah punya agama dan lewat agama itu mereka bisa memperoleh kebahagiaan? Oleh sebab itu mungkin, semangat mereka hilang. Seperti kita tahu sekarang di Belanda misalnya, dulu banyak misionaris datang dari negeri Belanda tapi sekarang keadaan sangat berbeda.

Sebaliknya ketika muncul kata ‘Evangelisasi’, muncullah di dalam Gereja berbagai kreativitas. Misalnya ada yang namanya Komisi Keadilan, Perdamain, dan Keutuhan Ciptaan. Darimana asalnya gerakan untuk memperjuangkan perdamaian itu? Gerakan-gerakan itu adalah buah dari permenungan yang semakin mendalam terhadap istilah ‘Evangelisasi’. Karena Evangelisasi adalah mewartakan kabar gembira, maka ketika Injil diwartakan, harus menimbulkan sukacita.  

Kalau orang berada dalam ketidakadilan, konflik, perang, dan sebagainya, pasti merasa tidak bahagia. Pewartaan Injil menyasar wilayah-wilayah seperti itu. Segala bidang kehidupan manusia mesti mencerminkan nilai-nilai Injil. Itulah Evangelisasi.  Namun, apakah memang selalu itu yang terjadi?

Kata Evangelisasi menjadi populer oleh Paus Yohanes Paulus II: Evangelisasi Baru.

Istilah Evangelisasi Baru, menjadi popular ketika Benua Amerika Latin akan merayakan 500 tahun pewartaan Injil di sana, sekitar tahun 1985. Apa yang terjadi di sana? Apakah pewartaan Injil berhasil?

Saya membaca dua kutipan yang ditulis oleh orang-orang Amerika Latin, Suku Indian asli. Kutipan yang pertama, dari abad ke 16, sekitar 100 tahun sesudah Injil diwartakan di Amerika Latin. Orang-orang Indian itu menulis begini:


“Aduhai, marilah kita bersedih hati karena mereka telah datang untuk mengkristenkan kita. Orang-orang Kristen itu datang kemari dengan membawa Allah yang benar, tetapi itulah awal kesengsaran kita, awal upeti, penyebab kekacauan yang tersamar. Awal pertempuran, awal kebohongan. Mereka telah mengajarkan ketakutan kepada kita, mereka datang untuk membuat bunga-bunga kita layu. Untuk melestarikan bunga mereka, mereka telah menghisap dan menelan bunga kita.”

Kita semua tahu, pewartaan injil di Amerika Latin datang bersama dengan kolonialisme. Padahal Injil yang diwartakan itu tidak bisa seiring sejalan dengan penjajahan, karena Injil adalah warta gembira, kemerdekaan.

Contoh lain, ditulis oleh orang Indian pada waktu Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Peru tahun 1985, dalam rangka 500 tahun pewartaan Injil di Amerika Latin. Tiga orang wakil dari Suku Indian, menyerahkan sepucuk surat kepada Paus Yohanes Paulus II, tulisannya begini:

“Kami, orang-orang Indian Andes dan Amerika, bertekad memanfaatkan kunjungan Paus Yohanes Paulus II untuk mengembalikan Alkitab. Sebab, selama lima abad, Alkitab itu tidak memberi kami kasih, maupun damai, ataupun keadilan. Silahkan diterima kembali Alkitab anda, dan mengembalikannya kepada para penjajah, karena mereka membutuhkan perintah-perintah susila yang terkandung di dalamnya. Sesungguhnya, kedatangan Christopher Columbus di Amerika, memaksakan suatu kebudayaan, suatu bahasa, suatu agama, dan nilai-nilai yang cocok untuk Eropa saja.”

Tahun 1985, Paus mengambil Alkitab tersebut dan membawanya pulang. Mengapa? Karena pewartaan Injil tidak berhasil menegakkan keadilan. Para penjajah, para penguasa negara-negara itu semuanya dibaptis, semuanya tahu Injil, tetapi hidup mereka tidak berubah. Mereka tetap saja diktator, mereka tetap saja pemeras, mereka tetap saja tidak menghormati martabat manusia.

Maksud saya dengan kutipan ini yaitu bahwa Sabda Tuhan adalah kekuatan yang menciptakan dan memperbarui. Kalau di Lingkungan Sekolah Evangelisasi Pribadi, diajarkan Sabda Tuhan, direnungkan, didoakan, dan sebagainya, kita semua berharap Sabda Tuhan itu sungguh menjadi daya transformatif di dalam diri kita masing-masing. Ketika kita diubahkan oleh Sabda Tuhan, dengan sendirinya kita akan menjadi pewarta-pewarta Injil. Contohnya banyak, orang-orang besar seperti Paus Fransiskus, seperti Santo Paulus yang suratnya kita baca.

Untuk mengakhiri renungan, saya ingin menceritakan suatu pengalaman kecil, suatu perjumpaan yang muncul kembali ketika saya menyiapkan ibadat ini. Bagi saya yang dilakukannya ini adalah Evangelisasi. Sekian tahun yang lalu, saya berkunjung ke salah satu keluarga di lereng Gunung Sumbing. Di kaki Gunung Sumbing itu ada sekeluarga guru, dari Paroki Ignatius, Magelang. Di wilayah itu, di sekian banyak kecamatan, dia adalah satu-satunya keluarga Katolik. Yang istimewa adalah dalam keadaan seperti itu, keluarga itu tidak merasa terpencil.

Kami bercerita ke sana kemari, akhirnya bapak itu bercerita, bahwa dia adalah seorang guru SD lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Van Lith, di Muntilan. Kita semua tahu, SPG Van Lith di Muntilan itu terkenal dengan pendidikan guru-guru yang handal, yang dibekali semangat untuk mewartakan Injil melalui pendidikan. Pak Guru itu adalah lulusan SPG Van Lith, menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan ditempatkan di sana.

Sesudah beberapa waktu, dia mendengar, bahwa di desa terakhir Gunung Sumbing masyarakatnya tidak bisa membaca dan menulis (buta huruf). Maka dia memutuskan, untuk selain menjadi guru SD, seminggu dua kali dia pergi ke desa terakhir itu. Jangan dibayangkan ada Trans Jakarta disana. Dia berangkat jalan kaki selama tiga jam, pulang berjalan kaki selama tiga jam, untuk mengajar penduduk di situ, yang sama sekali bukan Katolik, supaya mereka dapat membaca dan menulis.

Saya kagum tentu saja. Tetapi yang tidak akan pernah saya lupakan, ketika saya pamit pulang, Bapak Guru itu mengatakan dalam Bahasa Jawa, kalau dalam Bahasa Indonesia kira-kira begini, “Romo, saya dengan rela seminggu dua kali mengajari baca tulis kepada orang-orang di sana, supaya orang-orang di sana tahu, orang Katolik itu hanya ingin berbuat baik. Itu saja. Supaya penduduk di situ yang sama sekali belum mengenal Gereja, tahu bahwa orang Katolik itu hanya ingin berbuat baik.” Bagi saya kata-katanya itu adalah penginjilan. Saya merasa diinjili oleh Bapak itu, buktinya saya tidak lupa akan kata-kata itu. Pewartaan Injil yang mengubah, memperbarui penduduk di sana, akhirnya menjadi orang-orang yang tahu membaca dan menulis, berkat kekuatan Injil yang mendorong bapak itu untuk mengajar.

Semoga kita yang terlibat di dalam pewartaan Injil, mengalami daya pembaruan dari Sabda Tuhan itu dan sesudah (atau sambil) kita diperbarui, kitapun dapat menjadi saksi kabar gembira keselamatan. ***



Share with :

ARTIKEL TERKAIT

Pembaruan Karismatik Katolik: Arus Rahmat bagi Seluruh Gereja (Pst. Raniero Cantalamessa, OFM Cap)

Friday, 05 Jul 2019

KARAKTER, KONSEP, DAN KOMPETENSI DALAM DIRI SEORANG PEMIMPIN

Monday, 29 Apr 2019

HOMILI MGR. I. SUHARYO DALAM MISA SYUKUR 30TH SEP SHEKINAH

Friday, 14 Dec 2018

MATERI CERAMAH UMUM DAN LOKAKARYA KONVENAS XIV

Wednesday, 03 Oct 2018

ICCRS ITC - SESI III - Panggilan dan Kebutuhan Mendesak Untuk Doa Syafaat (Oleh Anne Marie)

Thursday, 28 Jun 2018

ICCRS ITC - SESI II - Apa yang dimaksud dengan Doa Syafaat? (Oleh Michelle Moran)

Saturday, 02 Jun 2018

ICCRS ITC - SESI I - Pendoa Syafaat yang Bertobat (Oleh Anne Marie)

Monday, 21 May 2018

ICCRS ITC - Pendahuluan (Oleh Michelle Moran)

Friday, 04 May 2018

Karunia-karunia Roh Kudus Dalam Gereja Untuk Pelayanan (Oleh Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm)

Thursday, 02 Nov 2017

Roh Kudus Sumber Kuasa & Karunia Dalam Melayani (Oleh Mgr. I. Suharyo)

Wednesday, 18 Oct 2017

Tumbuh dan Bergerak di Dalam Karisma (Oleh Damian Stayne)

Monday, 21 Aug 2017

Tumbuh dan Bergerak di Dalam Karisma (Oleh Fr. Dario Betancourt)

Monday, 21 Aug 2017

Menyebarkan Rahmat Baptisan Dalam Roh (Oleh Fr. Jonas Abib)

Wednesday, 14 Jun 2017

Menyebarkan Rahmat Baptisan Dalam Roh (Oleh Sr Nancy Kellar)

Tuesday, 13 Jun 2017

ICCRS Leadership Training Course: Elemen-elemen PD - Memimpin Dinamika Pujian dan Penyembahan

Thursday, 15 Dec 2016

ICCRS Leadership Training Course: Elemen-elemen PD - Mengkomunikasikan Visi yang Jelas

Tuesday, 01 Nov 2016

PRACTICAL TECHNIQUES OF EVANGELIZATION (Jim Murphy)

Thursday, 27 Oct 2016

ICCRS Leadership Training Course: Elemen-elemen Persekutuan Doa - Memberikan Pengajaran

Thursday, 27 Oct 2016

ICCRS Leadership Training Course: Kepemimpinan Bag. 3 (Terakhir)

Saturday, 08 Oct 2016

ICCRS Leadership Training Course: Kepemimpinan Bag. 2

Monday, 03 Oct 2016

ICCRS Leadership Training Course: Kepemimpinan

Thursday, 29 Sep 2016

ICCRS Leadership Training Course: Pembaruan Karismatik Katolik (Bag. 2)

Wednesday, 28 Sep 2016

ICCRS Leadership Training Course: Pembaruan Karismatik Katolik (Bag. 1)

Wednesday, 28 Sep 2016

ICCRS Leadership Training Course: Eklesiologi

Wednesday, 28 Sep 2016

Seminar Pagi by Father Cantalamessa

Tuesday, 27 Oct 2015

CATHOLIC FAMILY IS BEAUTIFUL by Father Cantalamessa

Monday, 26 Oct 2015

Anda mempunyai pertanyaan / komentar / saran mengenai BPN PKK, silahkan email kami ke INFO@KARISMATIKKATOLIK.ORG
kami akan segera merespon pertanyaan / komentar / saran Anda secepatnya. IG: @KARISMATIKKATOLIK  YOUTUBE: KARISMATIK KATOLIK INDONESIA

Copyright © 2007-2024 Badan Pelayanan Nasional, Pembaruan Karismatik Katolik Indonesia (BPK PKK).
versi archive 2007 link : WWW.KARISMATIKKATOLIK.ORG/ARCHIVED/