GROWING AND MOVING IN THE CHARISMS
TUMBUH DAN BERGERAK DI DALAM KARISMA
By Fr. Dario Betancourt
“Tumbuh dan Bergerak di dalam Karisma” merupakan tema yang sangat ditekankan dalam Pembaruan Karismatik Katolik. Hal ini juga ditekankan pada bagian kedua (#12) dari Lumen Gentium; Roh kudus “membagi-bagikan” karunia-karunia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendak-Nya”, yang berguna untuk membaharui Gereja.
Dalam Injil Lukas Bab 9, Tuhan Yesus mengutus Para Rasul untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang. Hal ini penting untuk dimengerti bahwa Yesus tidak hanya mengutus mereka untuk menyembuhkan, tetapi juga untuk mewartakan Kerajaan Allah (meng-evangelisasi). Dalam bab selanjutnya, kita juga melihat bahwa Yesus mengutus murid-murid-Nya juga untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan.
Kata ‘Rasul’ dan ‘Murid-murid’ memiliki arti yang berbeda. Para rasul adalah murid-murid namun tidak semua murid-murid adalah Para Rasul. Ada begitu banyak murid-murid, namun hanya ada 12 rasul. Dikatakan di dalam Injil Lukas Bab 8 bahwa Yesus memiliki banyak pengikut termasuk para wanita seperti Maria Magdalena, Susana, dan Yohana. Kata murid itu sendiri (disciple) berasal dari kata Latin (discere) yang berarti belajar (to learn).
Jadi arti kata murid dalam konteks Injil adalah untuk belajar hidup dari ‘Sang Master’ (guru) dan juga mengetahui kehidupan Sang Guru (Yesus). Bagian terpenting dari menjadi murid adalah mempelajari bagaimana Yesus hidup dan bukan tentang pengetahuan-pengetahuan yang Yesus miliki.
Yesus melakukan penyembuhan bukan hanya untuk memberi tahu bahwa Ia adalah Tuhan, tetapi untuk mewartakan Kerajaan Allah. Yesus tidak hanya berbicara dan mengajar, namun Yesus menunjukkan kekuatan-Nya lewat karisma, dan Ia mau memberikan kekuatan itu kepada para murid-Nya. Hal menakjubkan lainnya, saya temukan dalam Injil Yohanes, yakni bahwa kita tidak hanya harus menjadi sebuah gambaran dari Yesus atau melanjutkan karya-Nya, namun kita harus menjadi Yesus secara penuh dalam jiwa, raga, dan Roh.
Mari kita perhatikan bahwa di antara abad ke 1 sampai abad ke 4, penginjilan dan penyembuhan merupakan sebuah kebiasaan dan kehidupan yang umum dalam kehidupan Gereja. Namun pada abad ke 4, lahirlah pemikiran dari para biarawan dan ahli teologi bahwa hidup adalah tentang sengsara. Begitu banyak sekali kesengsaraan sehingga muncul suatu hikmat bahwa Tuhan Yesus berdamai dengan kesengsaraan.
Jenis kesengsaraan yang Yesus terima adalah kesengsaraan yang datang dari luar ke dalam dan bukan kesengsaraan yang datang dari dalam, ke luar. Kesengsaraan yang dialami Yesus yang datang dari luar adalah penganiayaan dan juga ketidak percayaan dari banyak orang yang mengikuti-Nya. Yesus tidak ingin kita mengalami kesengsaraan yang datang dari dalam ke luar seperti kanker, epilepsi, atau bahkan penyakit-penyakit yang sering Yesus sembuhkan seperti buta dan tuli. Jadi, perlu dipahami bahwa kesengsaraan yang Yesus ingin untuk kita alami adalah kesengsaraan yang datang dari luar seperti yang dialami oleh Yesus sendiri.
Masalah lain yang terjadi pada abad ke 4 adalah Gereja Katolik menempatkan fokusnya untuk berkhotbah ke seluruh dunia sehingga karunia penyembuhan menjadi tidak begitu penting lagi. Penekanannya mulai difokuskan kepada Ekaristi dan Penguatan. Ketika Pembaruan Karismatik Katolik hadir, karunia penyembuhan muncul kembali. Saat ini dalam kehidupan kita, berkotbah dan dilanjutkan dengan mendoakan doa kesembuhan merupakan hal yang lumrah dan alamiah.
Saya ingin menekankan bahwa kita semua memiliki karunia penyembuhan. Dalam Injil Markus 16:18 dikatakan bahwa, “...mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Apakah anda percaya kepada Yesus? Jika anda percaya Yesus, anda memiliki karunia penyembuhan.
Dalam Injil Yohanes 14:12 Yesus berkata, ”Sesungguhnya barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu.” Di Injil Yohanes 14:14 Yesus berkata, ”Jika kamu meminta sesuatu dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.” Jadi kita harus memintanya dalam nama Yesus.
Dalam Kisah Para Rasul 4:30, sangatlah jelas kebutuhan akan karisma dalam penginjilan. Disana dikatakan bahwa para murid melakukan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang luar biasa dalam nama Yesus. ***
Diterjemahkan oleh: Ignatius Surya Prasetya Wijaya, MBA
Share with :
Anda mempunyai pertanyaan / komentar / saran mengenai BPN PKK, silahkan email kami ke INFO@KARISMATIKKATOLIK.ORG
kami akan segera merespon pertanyaan / komentar / saran Anda secepatnya. IG: @KARISMATIKKATOLIK YOUTUBE: KARISMATIK KATOLIK INDONESIA
Copyright © 2007-2024 Badan Pelayanan Nasional, Pembaruan Karismatik Katolik Indonesia (BPK PKK).
versi archive 2007 link : WWW.KARISMATIKKATOLIK.ORG/ARCHIVED/