Share Media :

Pujian dan Penyembahan

I. PENTINGNYA PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

A. Doa adalah tujuan pokok Persekutuan Doa Paroki (lih. session /I/ Peranan kelompok P.D. Paroki). Doa ini diungkapkan dalam suatu cara istimewa melalui Baptisan Roh.

  • Baptisan Roh serentak merupakan buah doa/pujian penyembahan, dan suatu sarana meningkatkan doa.
  • Karena kodrat experiential dari Baptisan Roh, maka doa itu sendiri diberi kekuatan sebagai suatu sarana pokok untuk meningkatkan relasi kita dengan Allah.

B. Doa dapat dikatakan sebagai “praktek” penyadaran akan kehadiran Allah.

  • Meskipun benar Allah selalu hadir, namun benar pula kalau kita tidak selalu sadar akan kehadiranNya itu.
  • Dalam doa kita dengan sadar merenungkan kehadiran Allah, ber-komunikasi/berdialog dengan Allah dan membuka diri bagi Allah untuk berkomunikasi dengan kita.
  • Dengan menyadari kehadiran Allah, maka kita dapat mengalami kasihNya, pengampunanNya, keadilanNya, kuasaNya, keindahanNya, yang tak terbatas. Berada di dalam kehadiranNya akan memberi dampak perubah-an atas diri kita.
  • Kalau kita mempraktekkan penyadaran ini melalui doa, maka kita mulai tumbuh dalam kesadaran kita bahwa kehadiran Allah selalu menyertai kita dan kita menjadi lebih menyadari kekuatan yang mengubah itu di saat lain-lain dalam hidup kita. Jadinya kita mulai untuk "terus-menerus berdoa". (I Tes.5:17).
  • Hidup doa yang bertumbuh ini menjadi sumber kekuatan bagi orang Kristen, secara tetap menimbanya dari kuasa kasih Allah yang selalu hadir.

C. Pujian dan penyembahan berada di jantung hidup doa ini.

  • Di dalam pujianlah kita melihat kehadiran Allah dan maju melampaui keterbatasan-keterbatasan manusiawi kita dan masuk ke dalam alam rohani.
  • Dalam PENYEMBAHAN kita masuk ke dalam suatu persatuan istimewa dengan Kehadiran Allah, yaitu bahwa kita menjadi sadar akan persatuan rohani yang kita miliki dengan Dia sebagai anak-anakNya.
  • Baik di dalam doa pribadi maupun doa bersama, pujian dan penyembahan adalah tujuan doa.
  • DOA = PUJIAN PENYEMBAHAN = DOA
  • Karena itu pujian dan penyembahan adalah tujuan dari Persekutuan Doa berusaha membawa orang dan segenap umat ke dalam penyadaran akan persatuan mereka dengan Allah dan untuk menyembahNya dalam persatuan itu beralih dari berpusat pada diri menuju berpusat kepada Allah.

D. Para pemimpin Persekutuan Doa perlu memahami pentingnya pujian dan penyembahan sebagai prioritas dari Persekutuan Doa.

  • Bilamana tiada lain hal terjadi, namun kelompok doa masuk ke dalam penyembahan, maka persekutuan itu telah melaksanakan tujuannya.
  • Namun sekali persekutuan itu telah masuk ke dalam penyembahan, maka persekutuan itu sendiri diubah oleh kesadaran akan kehadiran Allah : pengajaran, sharing, doa syafaat dll semua itu menerima urapan yang lebih dalam dari kuasaNya.
  • Pemimpin Persekutuan Doa perlu memahami pujian dan penyembahan, mempratekkannya dalam hidup mereka dan tahu bagaimana membimbing orang-orang lain ke dalam pujian dan penyembahan.

 

II.  MEMAHAMI PUJIAN DAN PENYEMBAHAN DI DALAM PD.

A.  Mazmur 100 memberikan kepada kita suatu analogi dan proses pujian dan penyembahan di dalam Persekutuan Doa.

  • Mazmur 100 adalah salah satu dari "Nyanyian-nyanyian mendaki", suatu kumpulan mazmur yang digunakan para peziarah ketika melakukan perjalanan mendaki Bukit Zion menuju Bait Allah.
  • Para peziarah menggunakan Nyanyian-nyanyian ini untuk mempersatukan mereka dalam perjalanannya, mempersiapkan diri memasuki kawasan Bait Allah dan selanjutnya ke dalam hadirat Allah di dalam tempat kudusNya.

B.  Dalam Persekutuan Doa, kita mengambil bagian di dalam suatu ziarah yang serupa.

  • Umat dari berbagai latar belakang dan perjalanan bergabung bersama dan berusaha mempersatukan diri ke dalam satu Tubuh. Maksud mereka adalah untuk mendaki Gunung KudusNya Allah dan bersama-sama masuk ke dalam hadiratNya.
  • Inilah tantangan Pemimpin Doa : Membawa umat dari beban-beban, kelelahan dan kesibukan hari itu untuk berpusat kepada kehadiran Tuhan dan menyembahNya.

C.  Mazmur 100 memberikan suatu pemahaman akan unsur-unsur atau langkah-langkah yang membawa kita dari "berpusat pada diri" kepada "berpusat kepada hadirat Allah" dalam penyembahan.

1.  "Bersorak-soraklah bagi Tuhan .... datanglah kehadapanNya dengan sorak-sorai" ayat 1-2.

  • Kegembiraan menempatkan kita di arah yang benar dalam ziarah kita menuju Tuhan. Namun bukan emosi kegembiraan, tetapi lebih merupakan kegembiraan rohani; karunia suka-cita yang mengarahkan kita menuju Tuhan.
  • Nehemiah 3:11 mengatakan : suka-cita karena Tuhan itulah perlindunganku. Suka-cita ini menjadi kekuatan yang melindungi dalam ziarah kita.
  • Lagu-lagu memainkan suatu peranan penting dalam menumbuhkan suatu suasana (spirit) di dalam Persekutuan. (bdk. session VI - Peranan Pelayanan Musik).

2.  "Masuklah lewat pintu GerbangNya dengan nyanyian syukur" ayat 3.

a.  Syukur meningkatkan penyadaran kita akan kehadiran Allah dalam hidup kita.

  • Syukur berpusat pada akibat positif dari rahmat di dalam hidup kita sehari-hari. Kita berusaha memandang segala peristiwa lebih melalui kacamata Allah daripada kacamata kita sendiri dan bersyukur kepadaNya karena menjadikan segala sesuatu menjadi balk.
  • Sikap bersyukur mengubah lingkungan kita menjadi Bukit Kudus Allah kalau kita mulai menyadari betapa Ia tinggal di dalam hidup kita.

b.  Selama tahap ini dalam persekutuan, pemimpin pujian mendorong para anggota untuk mengenang/mengingat-ingat rahmat Allah yang tak terbatas yang layak dan sepantasnya kita syukuri an menghimbau mereka untuk mengungkapkan syukur mereka itu kepada Allah.

  • Atas berkat-berkatNya selama minggu yang telah lewat.
  • Atas anugerah-anugerah keselamatan, kerahiman dan pengampun-an.
  • Atas hidup, wafat clan kebangkitan Yesus.
  • Atas anugerah Roh Kudus.
  • Atas anugerah keluarga, teman-teman, umat, kesehatan, alam, dsb.

3.  Masuk ke dalam pelataranNya dengan puji-pujian (ayat 4).

a.  Setelah dibawa kepada suatu penyadaran akan hadirat Allah melalui syukur, kita masuk dalam hadirat itu dengan puji-pujian.

  • Puji-pujian adalah pernyataan akan kebaikan dan kebesaran Allah. Hal itu merupakan pengucapan dari atribut-atributnya untuk menyerukan kemuliaanNya (aklamasi).
  • Pernyataan pujian ini bukan sekedar demi Allah saja. Dengan melakukannya kita meningkatkan kesadaran kita akan sifat-sifat dan kemuliaanNya. Kita dibawa ke dalam hubungan yang lebih akrab/intim dengan Dia.

b.  Dengan membawa kita ke dalam hubungan yang lebih akrab dengan Allah, maka pujian membawa dampak lain, yaitu membawa kita melampaui keterbatasan manusiawi yang melepaskan kita ke dalam dimensi adikodrati. Dengan menyentuh kemuliaan Allah, roh kita dihidupkan dan memungkinkan kita untuk memuji Dia dalam suatu dimensi rohani yang lebih dalam.

  • Bila kelompok memasuki pujian yang otentik, maka karunia-karunia Roh diaktifkan.
  • Doa dalam bahasa Roh, doa yang diurapi, kata-kata nubuat dan pujian yang diurapi mengalir dan memperdalam doa dari Tubuh.

4.  "Pujilah namaNya sebab la balk, kasih setiaNya untuk selama-lamanya"          (ayat 4-5).

a.  Pujian yang diurapi memungkinkan kelompok masuk ke dalam tempat Maha-kudus (kemah suci), ke dalam hadirat Allah.

  • Penyembahan adalah adorasi kepada Allah dikala Dia menyatakan kehadiranNya kepada umatNya.
  • Di dalam adorasi itu kita mengalami persatuan intim roh kita dengan Dia. Inilah tujuan hidup kita dari Persekutuan Doa kita.

b.  Penyembahan sering diungkapkan di dalam renungan diam dan juga hening. Penyembahan yang benar, biarpun sangat pribadi dan intim, tidak memisahkan orang-orang, tetapi mempersatukan mereka makin kuat melalui pengalaman yang sama akan kasih Tuhan.

 

III. MEMIMPIN PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

A. Peranan istimewa dari pemimpin pujian adalah membawa suatu kelompok orang bersatu dan membimbing mereka ke dalam penyembahan.

1. Kemampuan memimpin pujian dan penyembahan adalah suatu karisma. Pemimpin Persekutuan Doa mungkin tidak memiliki karisma ini dan ia juga tidak perlu harus menjadi pemimpin pujian.

2. Untuk pemimpin pujian dan penyembahan dalam Persekutuan Doa dibutuhkan:

  • Kepekaan terhadap Roh Kudus. Mampu "merasakan" apa yang dilakukan Roh dengan kelompok dan kearah mana la menuntun.
  • Kepekaan terhadap roh/suasana kelompok. "Merasakan" di mana kelompok berada dalam menanggapi Roh, hambatan-hambatan apa yang mungkin menghalangi tanggapan itu dan bilamana saat yang cocok untuk masuk lebih lanjut dalam penyembahan.
  • Pembedaan Roh / Penegasan Roh. Kemampuan membedakan sumber karunia-karunia, doa-doa atau manifestasi-manifestasi; untuk mengetahui apakah sesuatu itu sesungguhnya diurapi Roh, atau dorongan manusia atau berasal dari setan.
  • Persatuan dengan Pimpinan Pastoral.Berada dalam satu Roh dengan mereka yang bertanggung jawab menegaskan arah keseluruhan dari kelompok. Hal ini membantu menjamin kesatuan seluruh kelompok.
  • Kehidupan doa pribadi dalam pujian clan penyembah. Secara teratur masuk ke dalam penyadaran akan hadirat Allah. Ini membuahkan suatu pengenalan yang akrab dengan proses pujian.

B. Memimpin pujian dan penyembahan adalah suatu proses untuk membuat umat mampu menanggapi Roh Kudus yang meningkatkan kesadaran kita akan kehadiran Allah.

1. Pemimpin pujian menolong mereka melakukannya dengan mengatasi hambatan-hambatan dan dengan memungkinkan aliran pujian.

  • Pemimpin pujian menolong para anggota menghilangkan kecemasan dan kekuatiran.
  • Kekuatiran adalah suatu hambatan yang memusatkan perhatian lebih kepada problem-problem daripada sumber pemecahan problem-problem tersebut.
  • Pemimpin-pemimpin perlu dengan lembut menarik perhatian umat kepada Tuhan.
  • Lagu-lagu gembira menolong menaikkan semangat umat dan membuat mereka kembali terarah kepada Tuhan.
  • Pemimpin dapat menyelingi dengan doa clan ayat-ayat Kitab Suci untuk mem-bantu memusatkan hati dan pikirannya.

2. Hambatan lain yang perlu dihadapi pemimpin adalah sikap tidak mengampuni.

a. Seperti lbadat Sabda yang mulai dengan doa tobat (rekonsiliasi) untuk mempersiapkan umat berperan serta penuh di dalam Ekaristi, maka demikian juga suatu Persekutuan Doa dapat memasukkan suatu saat untuk rekonsiliasi.

b. Yesus menekankan pentingnya mengampuni sesama sebelum kita mempersembahkan kurban pujian kepada Allah (Mat.5:24).

c. Pemimpin pujian perlu mendorong kelompok untuk mengampuni mereka yang telah menyakitkan hati dan memutuskan untuk mencari pengampunan dari mereka yang telah mereka sakiti.

  • orang-orang harus sadar akan peristiwa khusus.
  • mereka perlu mengambil tindakan-tindakan khusus untuk berdamai, bukan sekedar melakukannya secara umum.

3. Pemimpin pujian bertanggung-jawab untuk bekerja bersama pelayanan musik untuk tetap mempertahankan aliran yang tetap di dalam lagu-lagu.

  • Musik berperan sebagai suatu bantuan untuk memuji, suatu sarana untuk membawa kelompok beqalan bersama-sama dalam ziarah penyembahan. (bdk. session VI - Peranan Pelayanan Musik).
  • Pemimpin pujian perlu berkomunikasi baik dengan pelayanan musik untuk membedakan (memilih) jenis lagu yang cocok dengan tahap pujian yang dialami Persekutuan Doa.  Lagu-lagu yang tidak cocok dapat dengan cepat merusak suasana (umpama: menyanyikan suatu lagu yang bersemangat ketika kelompok sudah siap untuk menyembah).

4. Pemimpin pujian menolong umat masuk pujian.

a. Pujian harus mengalir dengan mulus dan wajar.

  • Sebaiknya tidak diumumkan ("setelah lagu ini kita akan masuk ke dalam pujian").
  • Pemimpin tidak perlu berteriak dan menuntut agar kelompok memuji.
  • Bila pujian tidak mengalir, maka itu merupakan tanda bahwa kelompok perlu lebih banyak persiapan untuk berpusat kepada Tuhan, untuk rekonsiliasi dsb.

b. Pemimpin sebaiknya tidak mendominir (menguasai) pujian, atau mengatasi kelompok dengan suaranya, tetapi dengan lembut mem-bimbing mereka ke dalamnya.

c. Kepekaan pemimpin terhadap Roh Kudus dan "roh" kelompok memungkinkan ia untuk mengetahui kapan kelompok sudah siap beranjak dari tahap sukacita ke tahap syukur, pujian dan penyembahan.

d. Pujian perlu diberikan untuk berakhir secara wajar.

  • Tidak perlu hal ini dilakukan dengan berdoa dalam roh secara artificial (dibuat-buat).
  • Tidak perlu dipersingkat dengan suatu lagu atau doa.
  • Pemimpin dan umat tidak perlu merasa resah ("tidak enak") dengan saat-saat hening selama waktu penyembahan; mereka sebaiknya tidak mengisi saat-saat hening yang diurapi dengan doa-doa atau seruan-seruan.

C.Penyembahan bukan hanya membawa orang ke dalam Hadirat Allah, tetapi juga seluruh persekutuan ke dalam HadiratNya.

  • Menanggapi hadirat Allah membuat umat terbuka dalam memanfaatkan karunia-karunia mereka, dan karunia-karunia itu menjadi bekerja lebih penuh. Persekutuannya menjadi "diperlengkapi" dengan karunia-karunia adikodrati.
  • Hadirat Allah meresap ke dalam musik, pengajaran, kesaksian, syafaat dan pela-yanan doa.
  • Melanjutkan terus aspek persekutuan ini akan mengecewakan, kecuali kelompok telah masuk sepenuhnya ke dalam hadirat Allah dalam penyembahan.
  • Kalau kuasa Allah meresap ke dalam Persekutuan Doa, maka umat akan terdorong datang ke Persekutuan Doa karena alasan yang tepat, yaitu agar Tuhan disembah dan dimuliakan.

 

DISKUSI KELOMPOK INTI

1. Bagaimana anda menilai pengalaman pujian dan penyembahan dalam PD anda? Apakah anda secara teratur masuk ke dalam pujian? Penyembahan? Apakah anda mengalaminya sebagai satu kelompok atau hanya sebagai individu-individu yang terpencar?

2. Siapa dalam kelompok anda yang memiliki karisma memimpin pujian?

3. Sebagai suatu kelompok, sepakati bersama 3(tiga) sasaran tindakan yang dapat anda garap bulan depan untuk meningkatkan mutu pujian dan penyembahan di dalam PD anda!

 

 

Jaya Amran

Dari Buku Konvenas XII ( September 2012)



Share with :

Anda mempunyai pertanyaan / komentar / saran mengenai BPN PKK, silahkan email kami ke INFO@KARISMATIKKATOLIK.ORG
kami akan segera merespon pertanyaan / komentar / saran Anda secepatnya. IG: @KARISMATIKKATOLIK  YOUTUBE: KARISMATIK KATOLIK INDONESIA

Copyright © 2007-2024 Badan Pelayanan Nasional, Pembaruan Karismatik Katolik Indonesia (BPK PKK).
versi archive 2007 link : WWW.KARISMATIKKATOLIK.ORG/ARCHIVED/